Warga Mozambik protes kekerasan karena xenofobia di Afrika Selatan
19 April 2015 08:23 WIB
Seorang warga asing menyuapi anaknya di Isipingo, Afrika Selatan, Senin (13/4). Beberapa ratus warga asing mengungsi di tenda-tenda setelah terjadi kekerasan akibat xenofobia yang membuat mereka harus meninggalkan rumah dan kantor mereka.(REUTERS/Rogan Ward )
Maputo (ANTARA News) - Beberapa ratus warga Mozambik pada Sabtu (18/4) berpawai di Maputo menuju kantor Komisi Tinggi Afrika Selatan untuk memprotes kekerasan karena xenofobia di Afrika Selatan.
Para pemrotes memegang tulisan slogan seperti "hentikan pembunuhan" dan "no xenophobia", serta menyerukan perdamaian serta keharmonisan di kalangan orang Afrika.
"Kami terus menyeru presiden kami agar terus memperlihatkan kebijaksanaan mereka, berbicara dengan timpalannya dari Afrika Selatan, untuk memahami bahwa Afrika Selatan dan Mozambik punya hubungan sejarah, yang tak bisa putus karena tindakan xenofobia kelompok tertentu di Afrika Selatan, yang merongrong kebebasan kami," kata John Millet, salah satu pendukung inisiatif itu.
Menurut statistik resmi, sejauh ini dua warga negara Mozambik dilaporkan tewas menjadi korban serangan xenofobia dan bahwa lebih dari 100 warga Mozambik yang terdampak telah kembali ke Tanah Air mereka pada Jumat (17/4), demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.(Uu.C003)
Para pemrotes memegang tulisan slogan seperti "hentikan pembunuhan" dan "no xenophobia", serta menyerukan perdamaian serta keharmonisan di kalangan orang Afrika.
"Kami terus menyeru presiden kami agar terus memperlihatkan kebijaksanaan mereka, berbicara dengan timpalannya dari Afrika Selatan, untuk memahami bahwa Afrika Selatan dan Mozambik punya hubungan sejarah, yang tak bisa putus karena tindakan xenofobia kelompok tertentu di Afrika Selatan, yang merongrong kebebasan kami," kata John Millet, salah satu pendukung inisiatif itu.
Menurut statistik resmi, sejauh ini dua warga negara Mozambik dilaporkan tewas menjadi korban serangan xenofobia dan bahwa lebih dari 100 warga Mozambik yang terdampak telah kembali ke Tanah Air mereka pada Jumat (17/4), demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.(Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: