Gus Yusuf: kampung seni wadah ekspresi Borobudur
18 April 2015 23:38 WIB
Wisatawan Australia Tetap Kunjungi Borobudur Wisatawan mancanegara berjalan di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) Borobudur, Magelang, Jateng, Rabu (25/2). Pihak TWCB menyatakan kunjungan wisatawan Australia ke Borobudur tidak terpengaruh dengan travel warning yang dikeluarkan pemerintah Australia terkait eksekusi mati sindikat narkoba "Bali-Nine. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin) ()
Borobudur, Jateng (ANTARA News) - Pameran potensi kawasan Candi Borobudur dan pementasan kesenian bertajuk "Kampung Seni" menjadi wadah ekspresi kalangan seniman di sekitar candi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kata budayawan KH Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf).
"Kegiatan ini menjadi tempat ekspresi rekan-rekan seniman Borobudur dan sekitarnya. Tetap kuat dan kukuh menjadi benteng kebudayaan yang adiluhung," kata Gus Yusuf yang juga pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang di Magelang, Sabtu malam.
Kegiatan "Kampung Seni" yang diprakarsai Gabungan Seniman Borobudur (Gasebo) bekerja sama dengan pengelola Pondok Tingal Borobudur, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur itu, berlangsung 18 April hingga 18 Mei 2015.
Pembukaan kegiatan yang antara lain berupa pameran lukisan, displai berbagai produk kerajinan para pelaku industri kecil sekitar Candi Borobudur, dan sarasehan seni budaya tersebut, antara lain ditandai dengan arak-arakan seniman, pentas kesenian rakyat oleh Sanggar Wonoseni Bandongan, Kabupaten Magelang dan tarian "Kinara Kinari" ciptaan seniman Borobudur, Eko Sunyoto.
Selain itu, performa pembacaan puisi "Alas Watu" oleh Aning Purwa dikemas dengan melukis kostum yang dikenakannya itu oleh Cipto Purnomo dan Hatmojo, pertunjukan musik keroncong, dan pemecahan kendi berisi air serta kembang mawar oleh para seniman.
Hadir pada kesempatan itu, antara lain Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Magelang Edy Susanto, budayawan Borobudur Ariswara Sutama, dan Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Umar Chusaeni.
Gus Yusuf mengemukakan pentingnya berbagai kalangan masyarakat, termasuk seniman kawasan Candi Borobudur, memperluas pergaulan dengan siapapun pada era kesejagatan ini.
"Apalagi di Borobudur ini yang menjadi milik dunia, sebagai bagian dari masyarakat global, harus bergaul dengan siapapun. Tetapi sebagai masyarakat Borobudur, harus tetap mempunyai identitas diri yang kuat, semangat kebanggaan terhadap tradisi budaya yang tidak boleh luntur dari arus deras global," katanya.
Ia menyebut kegiatan "Kampung Seni" sebagai perekat para seniman kawasan Candi Borobudur dari berbagai komunitas.
Edy Susanto mengapresiasi kegiatan seniman kelompok Gasebo tersebut sebagai bagian dari proses perjalanan mereka menuju kepada suatu nilai kehidupan bersama yang hakiki.
"Dengan laku (proses perjalanan hidup, red.) mencapai hidup yang harmoni. Ekspresi menuju hidup harmoni antarkomunitas, dengan alam, dengan Tuhan, dan dengan sesama manusia. Masyarakat berbudaya menjalani unggah-ungguh (tata krama, red.) sebagai identitas yang dikenal masyarakat luas," katanya.
"Kegiatan ini menjadi tempat ekspresi rekan-rekan seniman Borobudur dan sekitarnya. Tetap kuat dan kukuh menjadi benteng kebudayaan yang adiluhung," kata Gus Yusuf yang juga pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang di Magelang, Sabtu malam.
Kegiatan "Kampung Seni" yang diprakarsai Gabungan Seniman Borobudur (Gasebo) bekerja sama dengan pengelola Pondok Tingal Borobudur, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur itu, berlangsung 18 April hingga 18 Mei 2015.
Pembukaan kegiatan yang antara lain berupa pameran lukisan, displai berbagai produk kerajinan para pelaku industri kecil sekitar Candi Borobudur, dan sarasehan seni budaya tersebut, antara lain ditandai dengan arak-arakan seniman, pentas kesenian rakyat oleh Sanggar Wonoseni Bandongan, Kabupaten Magelang dan tarian "Kinara Kinari" ciptaan seniman Borobudur, Eko Sunyoto.
Selain itu, performa pembacaan puisi "Alas Watu" oleh Aning Purwa dikemas dengan melukis kostum yang dikenakannya itu oleh Cipto Purnomo dan Hatmojo, pertunjukan musik keroncong, dan pemecahan kendi berisi air serta kembang mawar oleh para seniman.
Hadir pada kesempatan itu, antara lain Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Magelang Edy Susanto, budayawan Borobudur Ariswara Sutama, dan Koordinator Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Umar Chusaeni.
Gus Yusuf mengemukakan pentingnya berbagai kalangan masyarakat, termasuk seniman kawasan Candi Borobudur, memperluas pergaulan dengan siapapun pada era kesejagatan ini.
"Apalagi di Borobudur ini yang menjadi milik dunia, sebagai bagian dari masyarakat global, harus bergaul dengan siapapun. Tetapi sebagai masyarakat Borobudur, harus tetap mempunyai identitas diri yang kuat, semangat kebanggaan terhadap tradisi budaya yang tidak boleh luntur dari arus deras global," katanya.
Ia menyebut kegiatan "Kampung Seni" sebagai perekat para seniman kawasan Candi Borobudur dari berbagai komunitas.
Edy Susanto mengapresiasi kegiatan seniman kelompok Gasebo tersebut sebagai bagian dari proses perjalanan mereka menuju kepada suatu nilai kehidupan bersama yang hakiki.
"Dengan laku (proses perjalanan hidup, red.) mencapai hidup yang harmoni. Ekspresi menuju hidup harmoni antarkomunitas, dengan alam, dengan Tuhan, dan dengan sesama manusia. Masyarakat berbudaya menjalani unggah-ungguh (tata krama, red.) sebagai identitas yang dikenal masyarakat luas," katanya.
Pewarta: M Hari Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: