Jakarta (ANTARA News) - Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dinilai dapat meningkatkan kepercayaan investor Jerman untuk berinvestasi di Indonesia karena pemimpin negara tersebut memiliki latar belakang sebagai pengusaha.
"Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya adalah pengusaha sehingga mereka tahu apa yang dibutuhkan oleh pengusaha. Kami dan beberapa perusahaan Eropa lainnya di Indonesia percaya bahwa kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan baru ini tidak merugikan pengusaha," kata Ketua Kamar Dagang Jerman Jan Roennfeld di Jakarta, Jumat.
Roennfeld mengatakan beberapa investor Jerman dan Eropa yang berinvestasi di Indonesia berharap perusahaan mereka bisa lebih baik.
Selain faktor pemerintahan baru, Indonesia juga menjadi gerbang bagi perusahaan asing untuk berpartisipasi di perekonomian Asia Tenggara lewat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN.
Investor Jerman pun tidak ingin kehilangan momen untuk meningkatkan investasi mereka di pasar terbuka ASEAN melalui Indonesia
"Untuk menguasai pasar ASEAN, perusahaan Jerman sudah seharusnya memasuki pasar Indonesia karena Indonesia memiliki kekuatan ekonomi terbesar di wilayah Asia Tenggara," kata Duta Besar Jerman untuk ASEAN, Indonesia dan Timor Leste Georg Witschel.
Upaya yang dilakukan investor Jerman dalam berpartisipasi di pasar terbuka ASEAN dibuktikan dengan rencana 29 perusahaan Jerman yang akan berinvestasi di Indonesia.
Sejumlah perusahaan yang akan berinvestasi tersebut, salah satunya dari sektor otomotif yang merupakan sektor investasi menjanjikan di Indonesia.
Saat ini, total investasi Jerman di Indonesia sekitar 500 juta Euro pada periode 2008-2012 dan menduduki peringkat tiga di Asean setelah Singapura dan Malaysia.
Sementara itu, total investasi langsung Jerman yang diinvestasikan di perekonomian ASEAN saat ini hanya sekitar 1,9 persen dari 18 milyar Euro.
Pemerintahan Jokowi dinilai tingkatkan kepercayaan investor Jerman
17 April 2015 19:40 WIB
Dubes Jerman untuk Indonesia, Georg Witschel (ANTARA FOTO/izaac mulyawan)
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: