Menperin kunjungan kerja ke objek industri Jatim
17 April 2015 19:16 WIB
Produksi Dari Hulu Ke Hilir Menteri Perindustrian Saleh Husin melihat minyak goreng kemasan di Gresik, Jawa Timur, Jumat (17/4). (ANTARA FOTO/Sahlan Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin melakukan kunjungan kerja ke sejumlah objek industri di Jawa Timur didampingi Dirjen Industri Agro sekaligus Plt. Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Panggah Susanto.
Menperin meninjau tiga pabrik yaitu PT Karunia Alam Segar dan PT Wilmar Nabati Indonesia di Gresik serta PT Dumas Tanjung Perak Shipyard di Surabaya dan berharap kunjungan tersebut dapat membawa dampak positif bagi pengembangan industri dalam negeri.
"PT Karunia Alam Segar, Industri makanan dan minuman memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor industri terutama kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non migas," ujar Menperin Saleh Husin melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.
Pada 2014, kontribusi Industri makanan dan minuman terhadap PDB industri non-migas sebesar 30 persen, sedangkan, laju pertumbuhan kumulatif industri makanan dan minuman mencapai 9,54 persen atau meningkat dari 2013 sebesar 4,07 persen.
Menurut Menperin, Pemerintah Pusat dan Daerah terus mengupayakan berbagai perbaikan di bidang iklim usaha baik fiskal maupun non-fiskal seperti penyediaan bahan baku dari lokal, penyediaan bunga bank yang bersaing dan penyediaan insentif perpajakan untuk investasi.
Selain itu juga perbaikan dan peningkatan infrastruktur, penyediaan listrik dan gas yang mencukupi, serta sistem pelayanan perizinan dan non perizinan satu pintu sehingga dapat mempercepat pengembangan industri di dalam negeri.
Menperin mengharapkan, PT Karunia Alam Segar sebagai pelaku industri makanan dan minuman dapat terus melakukan upaya-upaya dalam peningkatan mutu, peningkatan produktivitas dan efisiensi di seluruh rangkaian proses produksi.
Hal tersebut sejalan dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia serta kegiatan penelitian dan pengembangan, sehingga dapat bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015.
"Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara seyogyanya memiliki industri dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi agar tidak sekedar menjadi pasar negara-negara tetangga," ujar Menperin.
Pada PT Wilmar Nabati Indonesia (industri pengolahan kelapa sawit), Menperin mengatakan Indonesia mempunyai keunggulan pada industri perkelapasawitan baik hulu perkebunan maupun hilir pengolahan minyak sawit.
Pada 2014, produksi CPO (minyak sawit mentah) di Indonesia sebanyak 32 juta ton, dimana sebagian besar diolah menjadi minyak goreng sawit, lemak padatan pangan, produk oleokimia, hingga biodiesel sebagai sumber energi terbarukan.
Sementara itu, ekspor minyak goreng, baik curah maupun kemasan pada tahun 2014 mencapai 13,7 juta ton dengan nilai ekspor sebesar USD 10,6 miliar.
"Rakyat Indonesia merasakan adanya stabilitas pasokan dan harga minyak goreng di dalam negeri, sehingga keberadaan industri ini membawa manfaat besar bagi ketahanan pangan," tegas Menperin.
“Dengan jumlah galangan kapal sebanyak 240 serta kemampuan dan pengalamannya dalam membangun berbagai tipe kapal dan ukuran sampai 50.000 DWT, kami yakin industri galangan kapal mampu mendukung cita-cita menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” papar Menperin.
Oleh karena itu, Kemenperin terus melakukan kebijakan strategis dalam pengembangan industri galangan kapal nasional, antara lain melalui program P3DN, penciptaan iklim usaha yang kondusif, serta pemberian fasilitas PPN.
Menperin meninjau tiga pabrik yaitu PT Karunia Alam Segar dan PT Wilmar Nabati Indonesia di Gresik serta PT Dumas Tanjung Perak Shipyard di Surabaya dan berharap kunjungan tersebut dapat membawa dampak positif bagi pengembangan industri dalam negeri.
"PT Karunia Alam Segar, Industri makanan dan minuman memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor industri terutama kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non migas," ujar Menperin Saleh Husin melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.
Pada 2014, kontribusi Industri makanan dan minuman terhadap PDB industri non-migas sebesar 30 persen, sedangkan, laju pertumbuhan kumulatif industri makanan dan minuman mencapai 9,54 persen atau meningkat dari 2013 sebesar 4,07 persen.
Menurut Menperin, Pemerintah Pusat dan Daerah terus mengupayakan berbagai perbaikan di bidang iklim usaha baik fiskal maupun non-fiskal seperti penyediaan bahan baku dari lokal, penyediaan bunga bank yang bersaing dan penyediaan insentif perpajakan untuk investasi.
Selain itu juga perbaikan dan peningkatan infrastruktur, penyediaan listrik dan gas yang mencukupi, serta sistem pelayanan perizinan dan non perizinan satu pintu sehingga dapat mempercepat pengembangan industri di dalam negeri.
Menperin mengharapkan, PT Karunia Alam Segar sebagai pelaku industri makanan dan minuman dapat terus melakukan upaya-upaya dalam peningkatan mutu, peningkatan produktivitas dan efisiensi di seluruh rangkaian proses produksi.
Hal tersebut sejalan dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia serta kegiatan penelitian dan pengembangan, sehingga dapat bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015.
"Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara seyogyanya memiliki industri dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi agar tidak sekedar menjadi pasar negara-negara tetangga," ujar Menperin.
Pada PT Wilmar Nabati Indonesia (industri pengolahan kelapa sawit), Menperin mengatakan Indonesia mempunyai keunggulan pada industri perkelapasawitan baik hulu perkebunan maupun hilir pengolahan minyak sawit.
Pada 2014, produksi CPO (minyak sawit mentah) di Indonesia sebanyak 32 juta ton, dimana sebagian besar diolah menjadi minyak goreng sawit, lemak padatan pangan, produk oleokimia, hingga biodiesel sebagai sumber energi terbarukan.
Sementara itu, ekspor minyak goreng, baik curah maupun kemasan pada tahun 2014 mencapai 13,7 juta ton dengan nilai ekspor sebesar USD 10,6 miliar.
"Rakyat Indonesia merasakan adanya stabilitas pasokan dan harga minyak goreng di dalam negeri, sehingga keberadaan industri ini membawa manfaat besar bagi ketahanan pangan," tegas Menperin.
“Dengan jumlah galangan kapal sebanyak 240 serta kemampuan dan pengalamannya dalam membangun berbagai tipe kapal dan ukuran sampai 50.000 DWT, kami yakin industri galangan kapal mampu mendukung cita-cita menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” papar Menperin.
Oleh karena itu, Kemenperin terus melakukan kebijakan strategis dalam pengembangan industri galangan kapal nasional, antara lain melalui program P3DN, penciptaan iklim usaha yang kondusif, serta pemberian fasilitas PPN.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: