Perusahaan penerbangan Papua operasikan pesawat Rusia
17 April 2015 08:49 WIB
Pesawat Rusia MI-8MTV yang dioperasikan operator penerbangan Papua, Unitrade Persada Nusantara mengangkut alat berat yang akan dikirimkan Tanah Merah ke Korowai Batu, Kabupaten Boven Digoel untuk peningkatan kapasitas landasan udara, Jumat, (17/04/2015). (ANTARA/Bambang Purwanto)
Jakarta (ANTARA News) - Sebuah perusahaan operator penerbangan Papua, Unitrade, mengoperasikan pesawat asal Rusia untuk mendukung berbagai program pembangunan di provinsi paling timur Indonesia tersebut.
"Helikopter yang dioperasikan Unitrade adalah MI-8 MTV asal Rusia karena cocok dengan kondisi geografis di Papua yang cukup ekstrim namun belum memiliki infrastruktur penerbangan yang memadai," kata Direktur Operasional PT Unitrade Persada Nusantara Hendri Aipasa di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan wilayah Papua yang luas (sekitar 309 ribu meter persegi) dan sebagian besar terdiri atas pegunungan dan lembah-lembah berlereng terjal menjadi kendala dalam pelaksanaan program-program pembangunan.
Apalagi sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi antar satu daerah dengan daerah lainnya belum memadai sehingga banyak masyarakat yang masih terisolasi.
"Kegiatan-kegiatan pembangunan di Papua, misalnya pembangunan jalan, sekolah, rumah sakit, dapat berjalan lancar jika didukung transportasi angkutan yang mampu menghadapi kondisi geografis dan infrastruktur Papua," kata Hendri.
Menurut dia helikopter asal Rusia yang dioperasikan Unitrade dapat mengangkut beban jauh lebih banyak daripada pesawat-pesawat berbadan kecil seperti Cessna yang bisanya digunakan di wilayah pedalaman seperti.
Helikopter MI-8 MTV dapat mengangkut empat ton beban maksimal dengan tiga orang kru dan mampu menjelajah hingga 450 kilometer dengan kecepatan maksimum 260 kilometer per jam.
"Dengan kemampuan seperti ini, hampir semua operasi penerbangan yang menunjang percepatan pembangunan di Papua dapat dilakukan dengan baik," kata Hendri.
Sejak mengawali operasi penerbangan di Papua pada 2009, Unitrade telah berpartisipasi dalam berbagai misi pembangunan untuk masyarakat Papua.
Pada akhir 2014 hingga awal 2015 Unitrade telah mengangkut hampir 1000 ton alat berat dan logistik untuk menunjang berbagai proyek pembangunan infrastruktur di wilayah pedalaman Papua.
"Helikopter yang dioperasikan Unitrade adalah MI-8 MTV asal Rusia karena cocok dengan kondisi geografis di Papua yang cukup ekstrim namun belum memiliki infrastruktur penerbangan yang memadai," kata Direktur Operasional PT Unitrade Persada Nusantara Hendri Aipasa di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan wilayah Papua yang luas (sekitar 309 ribu meter persegi) dan sebagian besar terdiri atas pegunungan dan lembah-lembah berlereng terjal menjadi kendala dalam pelaksanaan program-program pembangunan.
Apalagi sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi antar satu daerah dengan daerah lainnya belum memadai sehingga banyak masyarakat yang masih terisolasi.
"Kegiatan-kegiatan pembangunan di Papua, misalnya pembangunan jalan, sekolah, rumah sakit, dapat berjalan lancar jika didukung transportasi angkutan yang mampu menghadapi kondisi geografis dan infrastruktur Papua," kata Hendri.
Menurut dia helikopter asal Rusia yang dioperasikan Unitrade dapat mengangkut beban jauh lebih banyak daripada pesawat-pesawat berbadan kecil seperti Cessna yang bisanya digunakan di wilayah pedalaman seperti.
Helikopter MI-8 MTV dapat mengangkut empat ton beban maksimal dengan tiga orang kru dan mampu menjelajah hingga 450 kilometer dengan kecepatan maksimum 260 kilometer per jam.
"Dengan kemampuan seperti ini, hampir semua operasi penerbangan yang menunjang percepatan pembangunan di Papua dapat dilakukan dengan baik," kata Hendri.
Sejak mengawali operasi penerbangan di Papua pada 2009, Unitrade telah berpartisipasi dalam berbagai misi pembangunan untuk masyarakat Papua.
Pada akhir 2014 hingga awal 2015 Unitrade telah mengangkut hampir 1000 ton alat berat dan logistik untuk menunjang berbagai proyek pembangunan infrastruktur di wilayah pedalaman Papua.
Pewarta: Libertina Widyamurti Ambari
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: