Alasan investor berinvestasi dalam startup Indonesia
14 April 2015 16:20 WIB
Willson Cuaca, Co-founder & Managing Partner, East Ventures, Stefan Jung, Partner, Monk's Hill Ventures, Takeshi Ebihara, Founding General Partner, Rebright Partners dan Khailee Ng, Managing Partners, 500 Startups dalam diskusi panel gelaran Echelon di Jakarta, Selasa. (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA News) - Ekosistem di Indonesia yang saat ini dinilai stabil menjadi alasan sejumlah investor startup menanamkan modalnya.
"Timing, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi Indonesia. Seperti kita berselancar, harus menunggu ombak, dan saat ini ombaknya telah datang," kata Willson Cuaca, Co-founder & Managing Partner, East Ventures dalam diskusi panel gelaran Echelon di Jakarta, Selasa.
"Saya melihat pasar yang potensial di Indoensia. Indonesia memiliki pasar dan penetrasi internet yang luas," sambung dia.
Hal senada juga datang dari Stefan Jung, Partner, Monk's Hill Ventures, yang mengatakan penetrasi smartphone yang tinggi, ditambah dengan pertumbuhan GDP yang baik menjadi alasan dia untuk berinvestasi di Indonesia.
"Finansial tumbuh sangat sehat, Indonesia memiliki keseluruhan ekosistem yang sangat baik," ujar dia.
Untuk berinvestasi, para pemilik modal tersebut ternyata tidak hanya melihat ekosistem di Indonesia. Pemilik startup juga menjadi pertimbangan para investor asing tersebut.
"Founder harus dapat fokus dalam eksekusi, karena kami mencari orang yang tau cara bagaimana menghabiskan uang,"
Menurut dia, founder harus berwawasan luas, karena saat ini hal-hal dapat berubah dengan cepat. Selain itu, founder harus fokus dalam apa yang dia lakukan, bukan menjadikan startup-nya pekerjaan sampingan atau side-job.
"Saya melihat startup di Indoensia ke depannya akan semakin berkembang," kata Takeshi Ebihara, Founding General Partner, Rebright Partners.
"Timing, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi Indonesia. Seperti kita berselancar, harus menunggu ombak, dan saat ini ombaknya telah datang," kata Willson Cuaca, Co-founder & Managing Partner, East Ventures dalam diskusi panel gelaran Echelon di Jakarta, Selasa.
"Saya melihat pasar yang potensial di Indoensia. Indonesia memiliki pasar dan penetrasi internet yang luas," sambung dia.
Hal senada juga datang dari Stefan Jung, Partner, Monk's Hill Ventures, yang mengatakan penetrasi smartphone yang tinggi, ditambah dengan pertumbuhan GDP yang baik menjadi alasan dia untuk berinvestasi di Indonesia.
"Finansial tumbuh sangat sehat, Indonesia memiliki keseluruhan ekosistem yang sangat baik," ujar dia.
Untuk berinvestasi, para pemilik modal tersebut ternyata tidak hanya melihat ekosistem di Indonesia. Pemilik startup juga menjadi pertimbangan para investor asing tersebut.
"Founder harus dapat fokus dalam eksekusi, karena kami mencari orang yang tau cara bagaimana menghabiskan uang,"
Menurut dia, founder harus berwawasan luas, karena saat ini hal-hal dapat berubah dengan cepat. Selain itu, founder harus fokus dalam apa yang dia lakukan, bukan menjadikan startup-nya pekerjaan sampingan atau side-job.
"Saya melihat startup di Indoensia ke depannya akan semakin berkembang," kata Takeshi Ebihara, Founding General Partner, Rebright Partners.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015
Tags: