UN berbasis komputer terganggu di dua sekolah Pekanbaru
13 April 2015 11:27 WIB
Siswa siswi SMA mengikuti Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Indonesia berbasis komputer, Senin (13/4). Kementerian Pendidikam dan Kebudayaan mencatat, UN tahun 2015 di ikuti sekitar 2,8 juta siswa SMA dan Kejuruan. Terdapat 515 sekolah jenjang SMA/MA/SMK dengan 106.947 siswa mengikuti UN berbasis komputer di 29 provinsi seluruh Indonesia. (ANTARA FOTO/Dewi Fajriani)
Pekanbaru (ANTARA News) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau menyatakan pelaksanaan pada hari pertama Ujian Nasional berbasis komputer (computer base test/CBT) di Kota Pekanbaru sempat terganggu di dua sekolah.
"Ada dua sekolah yang mengalami kendala, dan ini karena bukan kendala teknis dari pihak sekolah tapi dari Pusat Penilaian Pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Riau, Dwi Agus Sumarno, kepada Antara saat meninjau pelaksanaan UN CBT, di Pekanbaru, Senin.
Ia mengungkapkan kendala pelaksanaan UN berbasis komputer terjadi di SMA Cendana dan SMAN 8, Pekanbaru. Kendala paling serius terjadi di SMA Cendana karena seluruh komputer di kelas yang mengikuti UN tidak tersambung ke Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik). Ia mengatakan kelas itu berisikan 37 siswa yang menjadi peserta ujian.
"Kondisi tersebut terjadi selama sekitar 15 menit, dan sekarang sudah tersambung semua," ujarnya.
Ia mengatakan, kendala serupa juga terjadi di SMAN 8 namun hanya menimpa satu komputer yang digunakan oleh siswa sekolah unggulan itu. Ia berharap kejadian itu tidak terjadi lagi karena bisa berdampak pada kondisi psikis siswa.
"Untungnya siswa itu tidak stres karena tidak bisa memasukkan jawaban ke (server) pusat. Namun, kami sudah melakukan antisipasi bahwa setiap data yang dimasukkan siswa sudah terekam di server internal di sekolah dan tidak akan hilang," ujarnya.
Menurut dia, pihak sekolah sudah berupaya maksimal untuk segera mengontak panitia di Puspendik terkait kendala tersebut.
Meski begitu, Dwi Agus mengatakan belum mengetahui penyebab sebenarnya dari masalah itu. "Dari analisa saya, mungkin kendala ini terjadi karena dalam waktu bersamaan seluruh sekolah di Indonesia yang mengikuti UN memasukan data ke Puspendik Jakarta sehingga terjadi overload," ujarnya.
Mengenai persiapan internal pelaksanaan UN sudah cukup maksimal. Ia sudah meminta kepada PT PLN (Persero) untuk memastikan tidak ada gangguan listrik dan menyiagakan mesin genset untuk sekolah. Selain itu, PT Telkomsel juga menggunakan dua server untuk memastikan tidak ada gangguan pada koneksi internet saat pelaksanaan UN.
Di Kota Pekanbaru terdapat delapan SMA/SMK yang terpilih menjadi pelaksana UN CBT perdana tahun 2015. Jumlah peserta mencapai 2.648 siswa.
Delapan sekolah itu antara lain SMAN 8, SMA Cendana, SMA Muhammadiyah, SMKN 1, SMKN 2, SMK Labor, dan SMK Muhammadiyah 2.
"Saya berharap kendala teknis tidak terjadi lagi, karena kita ingin kelulusan mencapai 100 persen tidak gagal karena masalah yang bukan berasal dari kita," kata Dwi Agus.
"Ada dua sekolah yang mengalami kendala, dan ini karena bukan kendala teknis dari pihak sekolah tapi dari Pusat Penilaian Pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Riau, Dwi Agus Sumarno, kepada Antara saat meninjau pelaksanaan UN CBT, di Pekanbaru, Senin.
Ia mengungkapkan kendala pelaksanaan UN berbasis komputer terjadi di SMA Cendana dan SMAN 8, Pekanbaru. Kendala paling serius terjadi di SMA Cendana karena seluruh komputer di kelas yang mengikuti UN tidak tersambung ke Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik). Ia mengatakan kelas itu berisikan 37 siswa yang menjadi peserta ujian.
"Kondisi tersebut terjadi selama sekitar 15 menit, dan sekarang sudah tersambung semua," ujarnya.
Ia mengatakan, kendala serupa juga terjadi di SMAN 8 namun hanya menimpa satu komputer yang digunakan oleh siswa sekolah unggulan itu. Ia berharap kejadian itu tidak terjadi lagi karena bisa berdampak pada kondisi psikis siswa.
"Untungnya siswa itu tidak stres karena tidak bisa memasukkan jawaban ke (server) pusat. Namun, kami sudah melakukan antisipasi bahwa setiap data yang dimasukkan siswa sudah terekam di server internal di sekolah dan tidak akan hilang," ujarnya.
Menurut dia, pihak sekolah sudah berupaya maksimal untuk segera mengontak panitia di Puspendik terkait kendala tersebut.
Meski begitu, Dwi Agus mengatakan belum mengetahui penyebab sebenarnya dari masalah itu. "Dari analisa saya, mungkin kendala ini terjadi karena dalam waktu bersamaan seluruh sekolah di Indonesia yang mengikuti UN memasukan data ke Puspendik Jakarta sehingga terjadi overload," ujarnya.
Mengenai persiapan internal pelaksanaan UN sudah cukup maksimal. Ia sudah meminta kepada PT PLN (Persero) untuk memastikan tidak ada gangguan listrik dan menyiagakan mesin genset untuk sekolah. Selain itu, PT Telkomsel juga menggunakan dua server untuk memastikan tidak ada gangguan pada koneksi internet saat pelaksanaan UN.
Di Kota Pekanbaru terdapat delapan SMA/SMK yang terpilih menjadi pelaksana UN CBT perdana tahun 2015. Jumlah peserta mencapai 2.648 siswa.
Delapan sekolah itu antara lain SMAN 8, SMA Cendana, SMA Muhammadiyah, SMKN 1, SMKN 2, SMK Labor, dan SMK Muhammadiyah 2.
"Saya berharap kendala teknis tidak terjadi lagi, karena kita ingin kelulusan mencapai 100 persen tidak gagal karena masalah yang bukan berasal dari kita," kata Dwi Agus.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: