Rupiah senin pagi melemah menjadi Rp12.943
13 April 2015 10:37 WIB
Rupiah Melemah Petugas menghitung uang pecahan Dolar AS di layanan nasabah Bank BNI, Jakarta, Senin (26/1). Mata uang Rupiah melorot ke level Rp 12.515 per dollar AS, selain euforia rencana pembelian obligasi oleh Bank Sentral Uni Eropa (ECB), pelemahan Rupiah dipicu 'flight to quality' sehingga penguatan dollar AS akan memicu pelemahan mata uang global terhadap dollar termasuk rupiah. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak melemah sebesar 16 poin menjadi Rp12.943 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.927 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin mengatakan bahwa mayoritas mata uang di kawasan Asia yang tertekan terhadap dolar AS menjadi salah satu faktor mata uang rupiah bergerak melemah, namun rupiah masih berada dalam kisaran stabil.
"Angka neraca perdagangan Tiongkok yang lebih buruk dari perkiraan menjadi salah satu faktor yang memicu penguatan dolar AS di pasar Asia pagi ini," kata Rangga.
Selain isu global, ia menambahkan bahwa pada pekan ini investor di pasar uang akan fokus pada pengumuman tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). Diperkirakan Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunganya di level 7,5 persen.
"Selain itu, pelaku pasar juga menunggu pandangan BI terhadap perkembangan inflasi serta ekspektasi pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya.
Analis pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa Bank Indonesia masih menjaga fluktuasi mata uang rupiah agar fluktuasi terhadap dolar AS tidak terlalu tinggi.
"Rupiah masih berpeluang menguat karena sentimen yang datang dari dalam negeri yakni fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Beberapa kebijakan pemerintah yang dikeluarkan dalam rangka menjaga ekonomi domestik diharapkan segera dilaksanakan agar dapat menjaga rupiah jika sewaktu-waktu muncul sentimen eksternal terutama kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate)," kata Lukman.
Ia mengatakan bahwa meski cadangan devisa Indonesia pada periode Maret 2015 mengalami penurunan menjadi 111,6 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2015 sebesar 115,5 miliar dolar AS, kondisinya masih cukup sehat dan mampu menopang kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin mengatakan bahwa mayoritas mata uang di kawasan Asia yang tertekan terhadap dolar AS menjadi salah satu faktor mata uang rupiah bergerak melemah, namun rupiah masih berada dalam kisaran stabil.
"Angka neraca perdagangan Tiongkok yang lebih buruk dari perkiraan menjadi salah satu faktor yang memicu penguatan dolar AS di pasar Asia pagi ini," kata Rangga.
Selain isu global, ia menambahkan bahwa pada pekan ini investor di pasar uang akan fokus pada pengumuman tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). Diperkirakan Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunganya di level 7,5 persen.
"Selain itu, pelaku pasar juga menunggu pandangan BI terhadap perkembangan inflasi serta ekspektasi pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya.
Analis pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa Bank Indonesia masih menjaga fluktuasi mata uang rupiah agar fluktuasi terhadap dolar AS tidak terlalu tinggi.
"Rupiah masih berpeluang menguat karena sentimen yang datang dari dalam negeri yakni fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Beberapa kebijakan pemerintah yang dikeluarkan dalam rangka menjaga ekonomi domestik diharapkan segera dilaksanakan agar dapat menjaga rupiah jika sewaktu-waktu muncul sentimen eksternal terutama kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate)," kata Lukman.
Ia mengatakan bahwa meski cadangan devisa Indonesia pada periode Maret 2015 mengalami penurunan menjadi 111,6 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2015 sebesar 115,5 miliar dolar AS, kondisinya masih cukup sehat dan mampu menopang kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: