Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai perombakan atau "reshuffle" kabinet masih terlalu dini untuk dilakukan, katanya di Jakarta, Selasa.

"Iya, terlalu cepat. (Reshuffle) belum dibicarakan, sama sekali belum," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta.

Alih-alih merencanakan perombakan, Wapres mengatakan Pemerintah akan mengevaluasi kinerja para menteri di Kabinet Kerja.

"Ya menteri-menteri itu tentu dievaluasi," tukasnya.

Dalam survei yang dilakukan Kelompok Diskusi Kajian Opini Publik Indonesia (kedaiKOPI), didapatkan hasil sebanyak 96,5 persen dari seluruh responden menginginkan perombakan dalam Kabinet Kerja.

"Masyarakat nampaknya ingin Presiden Jokowi segera merombak Kabinet Kerjanya," kata pengamat komunikasi dan politik Universitas Paramadina Hendri Satrio.

Menurut Hendri, berbagai alasan bermunculan di berbagai media nasional, mulai dari kekecewaan pendukung, kegaduhan politik, harga bahan pokok yang melambung, bagi-bagi kursi BUMN, pelemahan rupiah hingga program Nawacita yang kurang maksimal.

Sebanyak 96,5 persen ingin Kabinet Kerja segera dirombak, sedangkan hanya 3,5 persen atau 13 dari total 368 peserta jajak pendapat (polling) yang tidak menginginkan Presiden merombak kabinetnya.

"Polling" yang diselenggarakan mulai 1 hingga 6 April 2015, telah menjaring 368 opini pengunjung publik, juga ada pertanyaan tunggal, yaitu kapan waktu yang paling tepat bagi Presiden Jokowi melakukan reshuffle kabinet.

Hasilnya, sebesar 58,97 persen (217 pengunjung) menginginkan Presiden merombak kabinetnya sebelum pertengahan 2015.