Umat diharapkan maknai minggu sengsara Isa Almasih
1 April 2015 06:02 WIB
Ilustrasi. Jalan Salib Pertama di Aceh. Umat Kristiani mengikuti prosesi jalan salib pada peringatan Wafat Isa Almasih di Gereja Katholik Paroki Hati Kudus, Banda Aceh, Jumat (18/4). Peringatan Wafat Isa Almasih yang disertai dengan prosesi jalan salib yang pertama diselenggarakan di provinsi Aceh tersebut berlangsung khidmat. (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Manado (ANTARA News) - Tokoh agama di lingkup gereja masehi injili di Minahasa (GMIM) berharap agar umat atau jemaat dapat lebih memaknai minggu-minggu sengsara menghayati kematian Isa Almasih.
"Kami berharap kiranya umat dan jemaat GMIM di Wilayah Kakas Satu dapat lebih memaknai perayaan minggu sengsara Kristus," kata Tokoh Agama Kakas, Pnt Juddy Maindoka, di Manado, Rabu.
Juddy mengatakan penghayatan kematian Isa Almasih agar supaya bukan hanya sekedar berkata pikul salib, namun dalam kesehariannya meninggalkan salib.
"Artinya dengan pengakuan memikul salib seperti Kristus sama dengan penderitaan harus sama dengan perbuatan sehari-hari," jelasnya.
Ketua Jemaat GMIM Paulus Wasian Pdt Silvana Waleleng Sepang mengatakan karena sengsara dan kematian Yesus merupakan pusat rencana penyelamatan ilahi.
Pendekatan yang dilakukan oleh Gereja untuk mengetahui siapa diri Allah itu, adalah dengan mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah penyelamatan yang tercatat dalam Kitab Suci.
Kemudian, katanya, berdasarkan peristiwa-peristiwa tersebut, dilakukanlah mengenai apa saja yang sedang diwahyukan tentang kehidupan batiniah Allah Tritunggal. Yesus menderita dan mati untuk menebus dosa manusia. Yesus sebagai Juru Damai antara Allah dan manusia.
Dia sebagai Juru Selamat atas murka Allah, karena dosa manusia telah ditebus dan ditanggungkan kepada-Nya. Manusia seharusnya menyadari hutang budi yang tidak terukur kepada-Nya dan seharusnya membalas dengan persembahan tubuh dan jiwanya kepada Yesus Kristus (Roma 12:1).
Pengajaran kasih dalam hal menangani konflik : Masukkan pedang itu kembali kedalam sarungnya, sebab orang yang menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang (Mat 26:52). Penggunaan alat yang keliru dalam menyelesaikan masalah dalam menghadapi tekanan penderitaan justru akan menghancurkan tujuan.
Kekerasan tidak pernah efektif untuk menyelesaikan masalah. Tetapi kekuatan moral spiritual dalam wujud kasih yang tulus, kejahatan dibalas kebaikan, kesabaran, kemurahan hati, selalu berpengharapan dalam Tuhan, dengan tidak memandang dari kelompok manapun.
"Justru akan menciptakan persatuan, kesehatian dan kedamaian. Kita percayakan pembalasan ada di tangan Tuhan.
"Kami berharap kiranya umat dan jemaat GMIM di Wilayah Kakas Satu dapat lebih memaknai perayaan minggu sengsara Kristus," kata Tokoh Agama Kakas, Pnt Juddy Maindoka, di Manado, Rabu.
Juddy mengatakan penghayatan kematian Isa Almasih agar supaya bukan hanya sekedar berkata pikul salib, namun dalam kesehariannya meninggalkan salib.
"Artinya dengan pengakuan memikul salib seperti Kristus sama dengan penderitaan harus sama dengan perbuatan sehari-hari," jelasnya.
Ketua Jemaat GMIM Paulus Wasian Pdt Silvana Waleleng Sepang mengatakan karena sengsara dan kematian Yesus merupakan pusat rencana penyelamatan ilahi.
Pendekatan yang dilakukan oleh Gereja untuk mengetahui siapa diri Allah itu, adalah dengan mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah penyelamatan yang tercatat dalam Kitab Suci.
Kemudian, katanya, berdasarkan peristiwa-peristiwa tersebut, dilakukanlah mengenai apa saja yang sedang diwahyukan tentang kehidupan batiniah Allah Tritunggal. Yesus menderita dan mati untuk menebus dosa manusia. Yesus sebagai Juru Damai antara Allah dan manusia.
Dia sebagai Juru Selamat atas murka Allah, karena dosa manusia telah ditebus dan ditanggungkan kepada-Nya. Manusia seharusnya menyadari hutang budi yang tidak terukur kepada-Nya dan seharusnya membalas dengan persembahan tubuh dan jiwanya kepada Yesus Kristus (Roma 12:1).
Pengajaran kasih dalam hal menangani konflik : Masukkan pedang itu kembali kedalam sarungnya, sebab orang yang menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang (Mat 26:52). Penggunaan alat yang keliru dalam menyelesaikan masalah dalam menghadapi tekanan penderitaan justru akan menghancurkan tujuan.
Kekerasan tidak pernah efektif untuk menyelesaikan masalah. Tetapi kekuatan moral spiritual dalam wujud kasih yang tulus, kejahatan dibalas kebaikan, kesabaran, kemurahan hati, selalu berpengharapan dalam Tuhan, dengan tidak memandang dari kelompok manapun.
"Justru akan menciptakan persatuan, kesehatian dan kedamaian. Kita percayakan pembalasan ada di tangan Tuhan.
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: