Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian mengungkapkan hingga triwulan pertama 2015 pihaknya telah mendistribusikan traktor kepada petani di seluruh Indonesia sebanyak 30.000 unit guna mendukung pencapaian program swasembada pangan.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Jakarta, Senin, mengatakan pada tahun ini Kementan siap mendistribusikan traktor ke petani sebanyak 60.000 unit.

"Dengan demikian hingga saat ini sebanyak 50 persen traktor telah kami distribusikan, termasuk untuk Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur," katanya ketika membuka Rapat Kerja Nasional Upaya Khusus Percepatan Swasembada Pangan dan Peningkatan Produksi Komoditas Strategis melalui APBN-Perubahan 2015.

Di hadapan para kepala Dinas Pertanian, Dinas Peternakan maupun Dinas Perkebunan seluruh Indonesia, menteri menyatakan untuk mempercepat distribusi alat mesin pertanian (alsintan), pupuk maupun benih, pihaknya melakukan perubahan regulasi yakni dari sebelumnya melalui tender menjadi penunjukan langsung mulai Desember 2014.

Menurut dia, jika menggunakan sistem tender maka diperlukan waktu antara tiga hingga empat bulan untuk pendistribusian sarana produksi tersebut hingga ke petani sehingga dikuatirkan terlambat saat sudah memasuki musim tanam.

"Ini yang biasanya bulan kelima setelah APBN atau APBN-Perubahan, kini sebagian sudah dibagi termasuk di Ponorogo, Jawa Timur. Kalo masih tender saya yakin traktor belum terbagi sampe saat ini," katanya.

Mentan menyatakan, bantuan traktor kali ini merupakan bantuan terbesar dan tercepat sepanjang sejarah pertanian Indonesia.

Terkait adanya keresahan di kalangan petani mengenai penarikan kembali traktor yang dibagikan di Ponorogo, Jawa Timur, Amran menegaskan, bantuan itu bukan ditarik ke pabrik melainkan didistribusikan ke wilayah lain yang data adminitrasinya dinilai sudah siap. "Traktor didistribusi ke Gapoktan bukan ditarik," katanya.

Menurut dia, kejadian bantuan traktor Ponorogo merupakan sistem yang ingin dibangun Kementan dengan traktor yang akan diserahkan ke petani harus dikumpulkan di satu titik agar petani dapat melihat langsung barangnya.

"Ponorogo itu bukan yang pertama tapi kedua terakhir. Karena yang terakhir itu di Indramayu sebanyak 5.120 unit. Sebelumnya sudah di Medan, Sulawesi Selatan, Sumba, Kalimantan, Ngawi, Subang, Sukaharjo. Itu formatnya sama tidak berubah," katanya.

Menanggapi adanya keluhan petani bahwa untuk mendapatkan traktor bantuan tersebut harus mengeluarkan biaya sebanyak Rp2 juta hingga Rp3 juta, Mentan menegaskan, hal itu tidak benar.

Dia bahkan meminta kepada kepala dinas pertanian yang hadir untuk tidak membebani petani dengan biaya apapun terkait bantuan traktor karena itu sifatnya gratis.

"Itu semua gratis, kami hanya meminta produktivitas pertanian dinaikkan. Kalau itu terjadi (pungutan traktor) kami akan bawa ke hukum," katanya.