Rupiah senin sore menguat tipis menjadi Rp13.059
30 Maret 2015 17:19 WIB
Penukaran Valas Petugas menghitung uang pecahan 100 dolar Amerika Serikat di penukaran valas Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (4/3). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah sebesar 0,17 persen atau berada pada posisi Rp 12.990 per dolar Amerika Serikat. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat tipis sebesar enam poin menjadi Rp13.059 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.065 per dolar AS.
"Mata uang rupiah cenderung bergerak mendatar terhadap dolar Amerika Serikat di pasar valas dalam negeri menjelang akan dirilisnya data ekonomi Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 April 2015 nanti," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, mata uang rupiah berpotensi untuk melanjutkan kenaikannya jika data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia sesuai dengan ekspektasi pasar. Sejauh ini, pasar mengekspektasikan inflasi masih stabil dan perbaikan defisit neraca perdagangan akan berlanjut.
Ia mengharapkan bahwa data ekonomi domestik yang akan dirilis itu terealisasi sesuai dengan ekspektasi pasar sehingga mata uang rupiah dapat kembali bergerak di bawah level Rp13.000 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, menambahka, pasca rapat moneter Bank Sentral AS pada pertengahan Maret 2015, dolar AS cenderung bergerak melemah karena indikasi penundaan kenaikan suku bunga acuan.
"Inflasi dan pertumbuhan gaji di Amerika Serikat masih menunjukkan penurunan maka kenaikan suku bunga diindikasikan ditunda," katanya.
Namun, lanjut dia, pelaku pasar saat ini sedang tertuju pada data tenaga kerja AS yang sedianya akan dirilis di akhir pekan, jika hasilnya positif maka data itu bisa mendorong dolar AS di pasar global kembali bergerak naik, dan berpotensi menekan rupiah.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (30/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.086 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (27/3) di posisi Rp13.064 per dolar Amerika Serikat.
"Mata uang rupiah cenderung bergerak mendatar terhadap dolar Amerika Serikat di pasar valas dalam negeri menjelang akan dirilisnya data ekonomi Indonesia oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 April 2015 nanti," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, mata uang rupiah berpotensi untuk melanjutkan kenaikannya jika data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia sesuai dengan ekspektasi pasar. Sejauh ini, pasar mengekspektasikan inflasi masih stabil dan perbaikan defisit neraca perdagangan akan berlanjut.
Ia mengharapkan bahwa data ekonomi domestik yang akan dirilis itu terealisasi sesuai dengan ekspektasi pasar sehingga mata uang rupiah dapat kembali bergerak di bawah level Rp13.000 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, menambahka, pasca rapat moneter Bank Sentral AS pada pertengahan Maret 2015, dolar AS cenderung bergerak melemah karena indikasi penundaan kenaikan suku bunga acuan.
"Inflasi dan pertumbuhan gaji di Amerika Serikat masih menunjukkan penurunan maka kenaikan suku bunga diindikasikan ditunda," katanya.
Namun, lanjut dia, pelaku pasar saat ini sedang tertuju pada data tenaga kerja AS yang sedianya akan dirilis di akhir pekan, jika hasilnya positif maka data itu bisa mendorong dolar AS di pasar global kembali bergerak naik, dan berpotensi menekan rupiah.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (30/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.086 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (27/3) di posisi Rp13.064 per dolar Amerika Serikat.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: