Latihan gabungan TNI di Poso dibuka
30 Maret 2015 16:03 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (tengah) didampingi Bupati Poso Piet Inkiriwang (kiri) berjalan memasuki ruangan Komando Latihan (Kolat) Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Bandara Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah, Senin (30/3). (ANTARA FOTO/ZAINUDDIN MN)
Palu, Sulawesi Tengah (ANTARA News) - Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, tiba di Bandara Mutiara SIS Aljufri, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin, dan segera bertolak ke Kabupaten Poso untuk membuka latihan perang gabungan TNI pada malam harinya.
Kunjungan Moeldoko dan sejumlah perwira tinggi TNI menggunakan pesawat CN 235 milik TNI AU.
Rencananya Moeldoko akan berada di Kabupaten Poso selama satu hari. Latihan perang TNI gabungan tersebut berlangsung selama dua pekan.
Latihan perang Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI itu diikuti 3.200 personel pasukan dari TNI AL, TNI AU, dan TNI AD. Bisa dibilang ini latihan gabungan besar trimatra TNI untuk menguji kesiapsiagaan TNI dalam berbagai doktrin gelaran operasi militer gabungan.
"Ini adalah latihan rutin tahunan, dan posisinya bisa di mana saja," katanya. Poso dipilih sebagai tempat latihan karena di daerah tersebut dinilai masih rawan gangguan keamanan.
Moeldoko mengakui saat ini masih ada sejumlah kelompok radikal yang ada di Poso dan tugas negara adalah mencegah kelompok itu tidak berkembang.
Saat ini terdapat 20 buronan teroris yang bersembunyi di hutan Poso. Mereka bersembunyi di hutan dengan cara berpindah-pindah di areal hutan berbukit sekitar 40 kilometer persegi.
Kelompok teroris yang dipimpin Santoso tersebut juga telah menyatakan bergabung dengan Negara Islam di Suriah dan Irak (NIIS/ISIS). Kawanan pro NIIS/ISIS itu memiliki senjata dan dianggap berbahaya oleh petugas keamanan.
Kunjungan Moeldoko dan sejumlah perwira tinggi TNI menggunakan pesawat CN 235 milik TNI AU.
Rencananya Moeldoko akan berada di Kabupaten Poso selama satu hari. Latihan perang TNI gabungan tersebut berlangsung selama dua pekan.
Latihan perang Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI itu diikuti 3.200 personel pasukan dari TNI AL, TNI AU, dan TNI AD. Bisa dibilang ini latihan gabungan besar trimatra TNI untuk menguji kesiapsiagaan TNI dalam berbagai doktrin gelaran operasi militer gabungan.
"Ini adalah latihan rutin tahunan, dan posisinya bisa di mana saja," katanya. Poso dipilih sebagai tempat latihan karena di daerah tersebut dinilai masih rawan gangguan keamanan.
Moeldoko mengakui saat ini masih ada sejumlah kelompok radikal yang ada di Poso dan tugas negara adalah mencegah kelompok itu tidak berkembang.
Saat ini terdapat 20 buronan teroris yang bersembunyi di hutan Poso. Mereka bersembunyi di hutan dengan cara berpindah-pindah di areal hutan berbukit sekitar 40 kilometer persegi.
Kelompok teroris yang dipimpin Santoso tersebut juga telah menyatakan bergabung dengan Negara Islam di Suriah dan Irak (NIIS/ISIS). Kawanan pro NIIS/ISIS itu memiliki senjata dan dianggap berbahaya oleh petugas keamanan.
Pewarta: Riski Maruto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: