Batauga, Sultra (ANTARA News) - Beras miskin (raskin) yang disalurkan kepada keluarga miskin di Pulau Kadatua, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra) tidak layak dikonsumsi karena kondisi beras sudah rusak dan berbau tidak sedap.
"Raskin yang diterima warga kami di Pulau Kadatua pada penerimaan beras bulan Maret ini tidak layak dikonsumsi karena kondisinya sudah rusak, tampak seperti pakan ternak," kata Kepala Desa Uwe Maasi, Pulau Kadatua La Ode Nafaruddin di Kadatua, Senin.
Menurut dia, selain warna berasnya sudah tampak usang dan berbau tidak sedap, di dalam karung beras juga terdapat banyak kutu.
Selain itu kata dia, biji beras juga banyak yang patah, bercampur padi dan banyak sekam atau kulit pagi.
"Untuk bisa dikonsumsi, warga terpaksa mencampur raskin dengan beras lain yang kualitasnya lebih baik sehingga bau dan rasa nasinya menjadi layak dikonsumsi," kata La Ode Nafaruddin.
Ia mengakui pihak Badan Urusan Logistik (Bulog) Baubau membolehkan para kepala desa mengganti beras yang kondisinya rusak tampak seperti pakan ternak tersebut.
Namun, untuk mengembalikan beras tersebut dari Pulau Kadatua ke gudang Bulog di Kota Baubau kata dia, biaya angkutannya cukup besar, hampir sama dengan nilai beras yang akan didapat.
Pantauan Antara di Pulau Kadatua, rata-rata beras miskin yang diterima warga miskin tampak kusam dan kondisinya sudah hampir rusak.
Selain itu, warna beras sudah tampak kusam, aroma beras juga berbau tidak sedap.
Raskin di Buton Selatan tidak layak konsumsi
30 Maret 2015 11:35 WIB
ilustrasi - beras yang rusak dan busuk (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Pewarta: Agus
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: