Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong utilisasi rumput laut ditingkatkan hingga 100 persen, di mana saat ini angkanya baru mencapai 60 hingga 65 persen atau sekitar 120 ribu ton bahan baku kering per tahun dari total produksi 300 ribu ton per tahun.

"Prioritas kami adalah bagaimana utilisasi ini ditingkatkan menjadi 100 persen. Roadmapnya sudah ada, tapi belum dilengkapi 'milestone' kapan kebijakan tersebut akan diambil," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Jakarta, Kamis.

Panggah mengatakan, pemerintah juga akan mencari cara agar pasar dalam negeri dari hasil olahan rumput laut bisa diamankan dan juga mendorong investasi bidang rumput laut.

"Kami juga memiliki sejumlah insentif, seperti tax holiday, tax allowance. Itu paketnya sudah ada, tinggal dilihat apakah cukup menggunakan yang sudah ada atau perlu ditambah," ujar Panggah.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Rumput Laut Indonesia Sasmoyo S. Boesari mengatakan banyak faktor yang membuat utilitas rumput laut masih rendah, salah satunya adalah daya saing pembeli di dalam negeri masih rendah dibanding ekspor.

"Daya saing pembeli dalam negeri dengan ekspor itu masih menjadi kendala. Karena harga rumput laut yang diekspor itu lebih mahal dibanding harga di dalam negeri," kata Sasmoyo.

Menurutnya, pembeli bahan baku utama rumput laut adalah Tiongkok, di mana pemerintahnya memberikan insentif kepada industri-industri di negaranya untuk menstimulusi industri sebesar 15 persen.

Sasmoyo menambahkan, harga bahan baku kering rumput laut yang diekspor adalah 1.200-1.300 dollar AS per ton atau setara dengan Rp15.600-Rp16.900 per kilogram, sedangkan harga di dalam negeri mencapai Rp12.000-Rp13.000 per kilogram.

Sasmoyo mengatakan, dibutuhkan penyederhanaan regulasi di daerah untuk mengembangkan industri rumput laut, yang akan mendongkrak utilisasi bahan baku.

"Karena masalah kami, dengan otonomi daerah, kebijakannya menjadi berbeda-beda di setiap daerah. Ini butuh penyederhanaan," katanya.

Selain itu, dibutuhkan infrastruktur pendukung industri rumput laut di berbagai daerah, di mana industri ini bisa didirikan jika ketersediaan air bersih dan listrik mencukupi.