Koalisi Merah Putih kemungkinan bubar
25 Maret 2015 21:48 WIB
Dokumentasi Ketua Umum DPP PAN (saat itu), Hatta Rajasa, memberikan arahan pada pertemuan Koalisi Merah Putih di Jakarta Selatan, Jumat (25/9). Acara ini merupakan silahturahmi dan juga orientasi kepada anggota DPR periode 2014-2019 yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih. (ANTARA FOTO/Vitalis Trisna)
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Survey Lintas Nusantara, Emrus Sihombing, menilai ada kemungkinan Koalisi Merah Putih bubar karena sikap pragmatis dan tidak ada ikatan solid di antara partai-partai pendukung.
"Seperti kita tahu, koalisi di Indonesia kan lebih didasarkan pada kepentingan pragmatis saja, dinamika sangat cair, tergantung kepentingan dan KMP itu kan ada ketika Pilpres dan untuk kepentingan pragmatis, bukan ideologis, jadi dimungkinkan bubar," katanya, di Jakarta, Rabu.
Ia menjabarkan, saat ini soliditas KMP juga sudah terlihat menurun karena satu per satu pendukungnya terbelah dan berpindah arah.
Setelah PPP yang terbelah dan kepemimpinan M Romahurmuziy yang disahkan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, memilih mendekat ke pemerintah, kini giliran Partai Golkar.
Pengesahan kepengurusan Partai Golkar versi Munas Ancol di bawah kepemimpinan Agung Laksono membuat partai beringin tersebut lebih memilih merapat ke pemerintah.
"Sementara sikap PAN yang belum tegas untuk mendukung hak angket atau tidak terhadap menteri hukum dan HAM juga menunjukkan indikasi menurunnya soliditas," katanya.
Menurut dia, di KMP kini praktis hanya tinggal Gerindra dan PKS yang masih solid. Hal ini tentunya tidak efektif sebagai koalisi oposisi.
Untuk itu, ia menyakini KMP dapat saja bubar bila dinamika yang berkembang saat ini mengarah pada semakin merosotnya soliditas partai pendukung.
"Seperti kita tahu, koalisi di Indonesia kan lebih didasarkan pada kepentingan pragmatis saja, dinamika sangat cair, tergantung kepentingan dan KMP itu kan ada ketika Pilpres dan untuk kepentingan pragmatis, bukan ideologis, jadi dimungkinkan bubar," katanya, di Jakarta, Rabu.
Ia menjabarkan, saat ini soliditas KMP juga sudah terlihat menurun karena satu per satu pendukungnya terbelah dan berpindah arah.
Setelah PPP yang terbelah dan kepemimpinan M Romahurmuziy yang disahkan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, memilih mendekat ke pemerintah, kini giliran Partai Golkar.
Pengesahan kepengurusan Partai Golkar versi Munas Ancol di bawah kepemimpinan Agung Laksono membuat partai beringin tersebut lebih memilih merapat ke pemerintah.
"Sementara sikap PAN yang belum tegas untuk mendukung hak angket atau tidak terhadap menteri hukum dan HAM juga menunjukkan indikasi menurunnya soliditas," katanya.
Menurut dia, di KMP kini praktis hanya tinggal Gerindra dan PKS yang masih solid. Hal ini tentunya tidak efektif sebagai koalisi oposisi.
Untuk itu, ia menyakini KMP dapat saja bubar bila dinamika yang berkembang saat ini mengarah pada semakin merosotnya soliditas partai pendukung.
Pewarta: Muhammad Iskandar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: