Malang (ANTARA News) - Terduga anggota gerakan Negara Islam Irak-Suriah (ISIS), AHM (45) warga Kota Malang, Jawa Timur, ketika ditangkap Densus 88/Antiteror Polri, anak-anak dan istrinya, Iqlima Thalib, sedang rekreasi ke Selecta Batu.

"Anak-anak dan istri kakak (AHM) sedang pergi ke Selecta bersama teman-teman dan jamaah pengajiannya. Jamaah pengajian sedabg mengadakan acara rekreasi bersama keluarga, termasuk anak-anak juga diajak serta," kata adik kandung AHM, Nur Camelia di kediamannya di Jalan Ade Irma Suryani Kota Malang, Rabu.

AHM yang menikahi Iqlima Thalib itu dikaruniai dua orang anak dan salah satunya sekolah di SD Al Irsyad Al Islamiyah. Dalam kesehariannya, AHM merupakan pribadi yang sangat pendiam dan tertutup, bahkan anti terhadap foto diri.

Sejak beberapa bulan terakhir ini kedua adik AHM, Beilqis dan Nur Camelia tinggal serumah bersama keluarga AHM. Beberapa bulan lalu, rumah AHM juga sering digunakan untuk pengajian, namun peserta pengajian bukan dari warga sekitar, melainkan dari luar wilayah itu dan pengajian selalu dilakukan pada malam hari.

Namun, setelah didatangi aparat kepolisian, pengajian tersebut tidak pernah lagi digelar. AHM ditangkap Densus 88 sekitar pukul 10.00 WIB (Rabu, 25/3) di sebuah kafe di Jalan Arif Margono Kota Malang.

Sementara itu, terduga anggota ISIS lainnya, HA (69), warga Jalan Soputan Kota Malang, juga berhasil ditangkap Densus 88 tidak lama setelah penangkapan AHM. Tidak berbeda dengan AHM, HA pun juga merupakan pribadi yang sangat tertutup, bahkan perangkat RT pun tidak tahu jika HA tinggal di lingkungannya sudah hampir lima tahun terakhir.

Ketua RT di lingkungan HA tinggal, Andreas Andi Pamungkas, mengaku baru tahu jika adawarganya bernama HA ketika ada tim Inteligen kepolisian menanyakan soal HA kepadanya. "Lima bulan lalu saya didatangi seseorang yang mengaku intel, dan petugas itu menanyakan dia (Helmi)," kata Andreas.

Karena tidak tahu keberadaan HA, katanya, dirinya pun tidak bisa menjawab pertanyaan petugas intel tersebut, bahkan dia juga tidak memiliki data kependudukan HA dan keluarganya. Oleh karena itu, keesokan harinya, Andreas mendatangi kediaman HA, namunia tidak bertemu dengan HA, melainkan istri dan mertuanya.

Dari kedatangannya ke rumah HA itu, Andrean memperoleh fotokopi susunan kartu keluarga (KK) HA yang dikeluarkan Kelurahan SAukun, namun yang tercantum sebagai kepala keluarga dalah Muhammad Abu Bakar, bukan HA. Bahkan, dalam kartu keluarga tersebut tidak ada nama HA, padahal sudah lima tahun tinggak di Jalan Soputan bersama istrinya.

"HA adalah orang baru di lingkungan itu dan sangat tertutup. Meski ngakunya sudah lima tahun tinggal di wilayah ini, tapi keluarga ini tidak pernah lapor RT, sehingga kami pun tidak tahu," ucapnya.