Pontianak, Kalimantan Barat (ANTARA News) - Pemerintah Kota Pontianak akan mengembangkan kawasan pinggir Sungai Kapuas menjadi serupa Sungai Loing, di Prancis. Targetnya bisa mendongkrak mendongkrak kunjungan wisatawan ke Pontianak, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.


Di Eropa dan banyak negara maju dunia, sungai dan kawasan perairan sangat dijaga kelestarian dan kebersihannya. Sungai menjadi halaman depan rumah dan kota, bukan menjadi "tempat sampah raksasa" sebagaimana sering terjadi di Tanah Air.




Dari sungai yang bersih, tertata baik, dan nyaman pula kota dan warganya meraih keuntungan, di antaranya pariwisata dan lain-lain.

Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, Selasa, menyatakan, pemerintah Kota Pontianak sudah melakukan berbagai pembenahan di sepanjang pinggiran Sungai Kapuas itu -- sungai terpanjang di Tanah Air sementara yang terbesar adalah Sungai Musi di Sumatera Selatan.

"Saat ini kami sudah membangun kota perairan di sepanjang Taman Alun-alun Kapus yang dilengkapi dengan fasilitas air mancur dan berbagai fasilitas lain, sehingga kini banyak dimanfaatkan masyarakat untuk bersantai di sore hari," katanya.


Sudah sejak lama Alun-alun Kapuas itu dibangun di tepi Jalan Rahadi Usman, Pontianak, yang langsung bertepikan Sungai Kapuas. Bisa dibilang, inilah salah satu penanda kawasan (landmark) Kota Pontianak, yang lebih dari separuh wilayahnya ada di delta Sungai Kapuas, bukan di daratan Pulau Kalimantan.




Alun-alun Kapuas itu berdekatan dengan Pelabuhan Pontianak --pelabuhan di dalam Sungai Kapuas-- dan kawasan perdagangan serta pemerintahan lama kota itu. Di kawasan itu masih banyak terdapat bangunan lama yang bersejarah penting.




Sudah "kodrat"-nya Kota Pontianak dan kawasan pendukung lain dikelilingi sungai, parit, atau lahan bertanah alluvial berbasis bahan organik yang kelangsungan eksistensinya tergantung dari kandungan airnya. Dengan begitu, karakter kota sungai dan perairan menjadi ciri khas penting yang cuma ada sedikit padanannya di Tanah Air.