Washington (ANTARA News) - Gedung Putih terang-terangan memperingatkan Israel bahwa pendudukannya di tanah Palestinan mesti diakhiri, dan ini mengabaikan upaya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mewujudukan janji kampanyenya dalam soal permukiman Yahudi tersebut.
Dalam komentar keras yang tak biasa disampaikan AS yang menandakan retaknya hubungan antara Washington dan Israel, Kepala Staf Gedung Putih Denis McDonough menyatakan "pendudukan yang sudah berumur 50 tahun itu mesti diakhiri."
McDonough mengkritik janji kampanye Netanyahu yang akan menghalangi pembentukan Negara Palestina --padahal ini semestinya menjadi tujuan akhir dari pembicaraan-pembicaraan damai selama beberapa dekade -- dan mempertanyakan upaya Netanyahu mencegah untuk tidak merusak perjanjian damai.
"Kami sungguh tak bisa berpura-pura tidak pernah menyampaikan pernyataan-pernyataan (janji kampanye), atau mereka tidak ingin mempertanyakan komitmen Perdana Menteri dalam mencapai perdamaian melalui perundingan langsung," kata dia.
"Rakyat Palestina harus punya hak untuk hidup dan memerintah sendiri di dalam negara berdaulat mereka sendiri," sambung dia.
McDonough adalah salah seorang penasehat terdekat Presiden Barack Obama dan pernyataannya terhadap kelompok lobi pro-Israel yang liberal bernama J Street sangat diikuti di Washington.
Janji kampanye Netanyahu memperdalam ketidaksepakatan dengan Obama namun pembantu terdekatnya mengatakan perselisihan seharusnya tidak didasari alasan pribadi.
"Komitmen Amerika terhadap solusi dua negara adalah fundamental bagi kebijakan luar negeri AS. Ini adalah tujuan dari baik para presiden kubu Republik maupun Demokrat, dan ini masih menjadi tujuan kami saat ini."
Senin kemarin, Netanyahu meminta maaf atas komentarnya selama kampanye yang menuduh warga Arab-Israel disetir. Komentar ini juga dikritik AS.
Dia juga mengecilkan janjinya sendiri untuk menentang solusi dua negara dengan menegaskan kebijakan Israel (soal Palestina) tidak berubah, demikian AFP.
Gedung Putih semprot Netanyahu soal permukiman Yahudi
24 Maret 2015 06:45 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (REUTERS/Gali Tibbon)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015
Tags: