Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa negara tidak abai terhadap pendidikan. Negara terus berusaha hadir dengan segala ikhtiar dan upaya pengembangan pendidikan, meski belum sepenuhnya maksimal.

“Dua buku yang ditulis oleh tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ini sebenarnya adalah jawaban nyata atas tuduhan sebagian kelompok bahwa negara abai terhadap pendidikan,” kata Menag dalam acara peluncuran buku terbutan Ditjen Pendidikan Islam, Senin.

Peluncuran buku ini dikemas dalam bentuk diskusi bertajuk Menakar Kehadiran Negara Dalam Pendidikan Islam dengan narasumber Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Prof. Soedijarto, dan Dharmaningtyas.

“Kementerian (Agama) terus berusaha hadir dengan segala ikhtiar dan upaya untuk pengembangan pendidikan, meski belum sepenuhnya maksimal, dan inilah sesungguhnya medan perjuangan kita,” tambah Menag.

Buku Mutiara Terpendam, kata Menag memotret kehadiran negara melalui pemberian beasiswa kepada para santri dari seluruh pelosok negeri. Mereka diberi beasiswa oleh Kementerian Agama secara penuh, meliputi biaya pendidikan, biaya hidup, hingga pengembangan profesi.

Buku ini memang tidak memuat 3.000 santri yang menerima beasiswa Kementerian Agama melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Namun, 50 orang yang dimuat dalam buku ini, hampir semuanya memiliki kesamaan nasib. “Mereka (semua) berasal dari keluarga yang kurang mampu,” tegas Menag.

Kehadiran Kementerian Agama pada dunia pendidikan Islam melalui PBSB ini diamini oleh tokoh dan pemerhati pendidikan Darmaningtyas. Tampil sebagai narasumber bedah buku ini, Darmaningtyas mengatakan bahwa PBSB menunjukan kehadiran negara dalam pendidikan Islam. “Melalui PBSB negara hadir sehingga (ada yang) terselamatkan,” katanya.

Terkait Buku Mendidik Tanpa Pamrih, Menag mengatakan bahwa negara juga hadir namun kehadirannya tidak bisa langsung. Kehadiran negara melalui program-rpgram tidak langsung, tetapi bersentuhan dengan para pendidik, seperti: beasiswa untuk para ustadz pondok pesantren, program pendidikan untuk anak jalanan dan terlantar, serta program lainnya.

Menag mengapresiasi kegigihan dan keikhlasan para guru ngaji yang hidup sederhana di tengah umat. Mereka tidak hanya mengajarkan alif-ba-ta, rukun dan syarat salat, juga tatacara ibadat. Lebih dari itu, mereka mendidik dan memberi teladan bagaimana menjalani kehidupan keseharian agar tetap memiliki pegangan dan lurus di jalan kebajikan.

“Kementerian Agama akan terus berusaha hadir dalam pengembangan pendidikan, demi masa depan generasi bangsa yang lebih unggul,” tandas Menag sebagaimana dikutip kemenag.go.id

Menag yakin bahwa masa depan generasi bangsa dapat dimulai saat ini dengan memberikan pendidikan berwawasan masa depan. Mengutip pesan Sayyidina Ali, Menag berpesan bahwa "didiklah anak-anak bangsamu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup di suatu zaman yang bukan zamanmu,” katanya.