Teheran (ANTARA News) - Carlos Queiroz telah berhenti sebagai pelatih timnas Iran dengan menyebutkan adanya "tekanan-tekanan" eksternal, hanya enam bulan setelah memperpanjang kontraknya sampai 2018, demikian dikonfirmasi Federasi Sepak Bola Iran pada Jumat.

Masa depan pria 62 tahun itu diragukan sejak tim kembali dari Piala Dunia di Brazil, di mana mendapat rasa hormat karena mempertajam tim yang tidak banyak dihuni pemain bintang, namun tersingkir pada putaran pertama.

"Saya tidak ingin pergi dan bahkan tidak memikirkannya," kata pelatih asal Portugal itu pada kantor berita Fars.

"Itu bukan kendali saya dan bukan keputusan saya. Bahkan bos saya tidak menginginkan hal ini, namun sayangnya kedua pihak terpaksa untuk setuju pada hal ini karena adanya tekanan-tekanan."

Menurut Fars, Queiroz ingin memilih Sardar Azmoon, yang bermain untuk klub Rusia FC Rostov, dan Alireza Jahanbakhsh, dari NEC di Belanda, untuk dua pertandingan persahabatan di Eropa.

Namun keduanya justru dipanggil untuk memperkuat tim U-23 Iran.

Keputusan itu kelihatannya menjadi pemicu terakhir bagi Queiroz, yang sejumlah perselisihannya dengan federasi dan menteri olahraga Iran kerap menghiasi media.

"Ia tidak dapat bertahan dengan situasi ini dan ia mengundurkan diri dari posisinya," kata Ali Kafashian, presiden federasi sepak bola Iran, mengenai Queiroz, dalam wawancara dengan kantor berita resmi IRNA.

"Kami tidak dapat memaksa dia untuk bertahan," tambahnya.

Queiroz, yang merupakan mantan pelatih kepala di Real Madrid dan asisten di Manchester United, secara resmi akan meninggalkan tim Iran pada akhir Maret setelah pertandingan persahabatan melawan Swedia dan Chile, demikian dilaporkan kantor berita IRNA.

Iran memiliki persiapan berantakan menuju putaran final Piala Dunia di Brazil tahun lalu, di mana pemusatan latihan dibatalkan dan Queiroz juga mengeluhkan kurangnya dana untuk membeli seragam dan peralatan olahraga lain untuk anggota timnya.

Tim Queiroz juga secara mengecewakan tersingkir dari Piala Asia pada Januari, kalah adu penalti dari Irak pada pertandingan perempat final setelah ia mempertanyakan bagaimana para wasit dapat tidur pada malam hari.

Iran mengajukan keluhan resmi, mengklaim bahwa gelandang Irak Alaa Abdulzehra gagal menjalani tes obat-obatan saat bermain di klub Iran tahun lalu, namun hal itu ditolak oleh para ofisial Konfederasi Sepak Bola Asia, demikian AFP.

(H-RF)