Jakarta (ANTARA News) - Ahli kesehatan mengungkapkan waktu terbaik terpapar sinar matahari adalah setelah jam sembilan pagi hingga jam satu siang, bukan sebelum atau sesudah jangka waktu itu.
"Setelah jam sembilan sampai jam satu siang. Bukan pagi-pagi sekali," ujar Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Hardinsyah Ridwan, dalam seminar tentang gizi di Jakarta, Jumat.
Menurut Hardinsyah, 20 menit per hari terpapar sinar matahari dan dilakukan tigahingga empat kali dalam seminggu dapat mencegah kekurangan vitamin D, terutama pada anak-anak.
Kekurangan vitamin D berdampak pada pertumbuhan tulang terutama pada masa kanak-kanak.
Di samping itu, kekurangan vitamin ini juga dikaitkan dengan munculnya penyakit-penyakit seperti osteoporosis dan riketsia (pertumbuhan tulang dalam bentuk abnormal).
Hardinsyah mengatakan, sinar matahari adalah salah satu sumber vitamin D yang dibutuhkan tubuh, di samping asupan makanan seperti ikan salmon, sarden, dan sayuran.
"Di samping makanan, dibutuhkan juga sinar matahari," tutup Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (PERGIZI) pada 2014 itu.
Sinar matahari yang sehat itu ternyata bukan pagi-pagi
20 Maret 2015 21:23 WIB
(ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015
Tags: