Rupiah jumat pagi melemah menjadi Rp13.058
20 Maret 2015 10:34 WIB
Rupiah Masih Melemah Seorang teller menghitung dolar di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Rabu (11/3/15). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat diperdagangkan menembus rekor baru pada level Rp 13.254 per dolar AS sebelum ditutup di level Rp 13.192. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak melemah sebesar 23 poin menjadi Rp13.058 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.035 per dolar AS.
"Pernyataan Gubernur (Bank Sentral AS) the Fed Janet Yellen yang belum akan menaikkan suku unganya ternyata tidak bertahan lama, dolar AS kembali mengalami apresiasi setelah terkoreksi pada hari perdagangan kemarin (Kamis, 19/3)," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Selain itu, lanjut Rangga, pengumuman lembaga dana moneter internasional (IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia di 2015 menjadi 5,2 persen juga bisa menambah sentimen negatif terhadap rupiah serta pasar modal.
Ia menambahkan bahwa meski beberapa data ekonomi AS seperti klaim asuransi pengangguran serta indeks manufaktur diumumkan lebih buruk dari periode sebelumnya, namun minat investor terhadap aset dolar AS masih cukup kuat.
"Penguatan dolar AS diperkirakan kembali ke perdagangan Asia hari ini," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, masih adanya sentimen negatif datang dari eksternal salah satunya suku bunga AS yang masih berpotensi naik secara umum tidak akan mengembalikan tekanan terhadap rupiah sepenuhnya seiring dengan Bank Indonesia yang masih menjaga fluktuasinya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa pemerintah yang tetap fokus mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dengan mengeluarkan beberapa kebijakan akan menopang nilai tukar rupiah secara fundamental.
"Dalam waktu dekat pemerintah akan menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk memperbaiki kinerja neraca perdagangan dan jasa. Secara fundamental, membaiknya kinerja neraca perdagangan Indonesia akan menopang rupiah," kata Lukman.
"Pernyataan Gubernur (Bank Sentral AS) the Fed Janet Yellen yang belum akan menaikkan suku unganya ternyata tidak bertahan lama, dolar AS kembali mengalami apresiasi setelah terkoreksi pada hari perdagangan kemarin (Kamis, 19/3)," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Selain itu, lanjut Rangga, pengumuman lembaga dana moneter internasional (IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia di 2015 menjadi 5,2 persen juga bisa menambah sentimen negatif terhadap rupiah serta pasar modal.
Ia menambahkan bahwa meski beberapa data ekonomi AS seperti klaim asuransi pengangguran serta indeks manufaktur diumumkan lebih buruk dari periode sebelumnya, namun minat investor terhadap aset dolar AS masih cukup kuat.
"Penguatan dolar AS diperkirakan kembali ke perdagangan Asia hari ini," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, masih adanya sentimen negatif datang dari eksternal salah satunya suku bunga AS yang masih berpotensi naik secara umum tidak akan mengembalikan tekanan terhadap rupiah sepenuhnya seiring dengan Bank Indonesia yang masih menjaga fluktuasinya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa pemerintah yang tetap fokus mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dengan mengeluarkan beberapa kebijakan akan menopang nilai tukar rupiah secara fundamental.
"Dalam waktu dekat pemerintah akan menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk memperbaiki kinerja neraca perdagangan dan jasa. Secara fundamental, membaiknya kinerja neraca perdagangan Indonesia akan menopang rupiah," kata Lukman.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: