Denpasar (ANTARA News) - Umat Hindu di 1.480 desa adat di Bali melaksanakan ritual Tawur Agung Kesanga pada Jumat, sehari menjelang perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1937.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan kegiatan itu dilakukan berjenjang mulai dari tingkat provinsi yang dipusatkan di Penataran Agung Pura Besakih, kemudian tingkat kabupaten/kota, kecamatan, desa adat hingga rumah tangga.

Ia menjelaskan, ritual itu ditujukan untuk menyucikan alam semesta dan isinya serta meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungannya serta antara manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana).

Sesuai pedoman yang disampaikan majelis tertinggi umat Hindu kepada seluruh desa pekraman (adat) tawur kesanga, yang diakhiri dengan persembahyangan bersama, dilakukan sesuai tingkatan masing-masing.

Untuk Tawur Kesanga tingkat provinsi di Pura Besakih, masing-masing kecamatan mengirim utusan untuk mencari air suci (tirta) yang selanjutnya dibagikan kepada seluruh umat di wilayahnya.

Kegiatan serupa dilakukan dalam Tawur Kesanga tingkat kabupaten dilakukan di Kawasan Catus Pata (perempatan Agung) pada tengah hari sekitar pukul 12.00 Wita.

Upakara "Caru Panca Sanak" dilakukan dalam Tawur Kesanga tingkat kecamatan, upakara "Caru Panca Sata" di tingkat desa, serta upakara "Caru Eka Sata" di tingkat banjar.

Kegiatan tersebut berakhir pada tingkatan rumah tangga pada sore hari dengan menggunakan banten pejati, "Sakasidan", dan segehan agung cacahan 11/33 tanding.

Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan ritual "Pengrupukan" yang diwarnai dengan arak-arakan ogoh-ogoh (boneka ukuran besar) oleh anak-anak muda.

Umat Hindu di hampir setiap desa di delapan kabupaten dan satu kota dai Bali mengarak ogoh-ogoh dalam ritual itu dan keesokan harinya melaksanakan ibadah tapa bratha penyepian.

Ada empat pantangan bagi umat selama melaksanakan ibadah tersebut yakni tidak bekerja atau melakukan kegiatan (amati karya), tidak menyalakan lampu atau api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan) serta tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura (amati lelanguan).

Pelaksanaan catur bratha Penyepian diawasi secara ketat oleh petugas keamanan desa adat (pecalang) di bawah koordinasi prajuru atau pengurus banjar setempat, ujar Ngurah Sudiana.