Belgia-Prancis kutuk serangan di Tunis
19 Maret 2015 09:24 WIB
Polisi bersiaga di luar gedung parlemen di Tunis, Tunisia, Rabu (18/3). Kelompok bersenjata menyerang museum nasional Tunisia di dekat gedung parlemen Rabu kemarin, menewaskan setidaknya tujuh wisatawan dan menyandera pengunjung lainnya di dalam gedung tersebut, menurut keterangan pemerintah Tunisia. (REUTERS/Zoubeir Souissi )
Brussels (ANTARA News) - Pemerintah Belgia dan Prancis pada Rabu (18/3) mengutuk serangan di Ibu Kota Tunisia, Tunis, dan berjanji akan memerangi aksi teror global.
Perdana Menteri Belgia Charles Michel dan timpalannya dari Prancis Manuel Valls bertemu di Brussels, membahas masalah terorisme di dalam wilayah mereka masing-masing.
Kedua pemimpin itu juga mengutuk serangan bom terhadap Museum Nasional Bardo di Tunis, sehingga menewaskan 22 orang, termasuk 20 wisatawan asing.
Menurut Michel, serangan tersebut "menjijikan" dan "memuakkan", demikian laporan Xinhua. Valls juga mengutuk serangan itu "dengan sekeras-kerasnya", dan mengatakan Prancis dan Tunisia akan "bekerja sama untuk memerangi terorisme".
Pertemuan tersebut diadakan setelah penindasan oleh pemerintah Belgia di seluruh negeri itu terhadap tersangka ekstremis. Pemerintah Belgia berpendapat tingkat ancaman bertambah.
Michel mengatakan Pemerintah Belgia dan Prancis akan "lebih memperkokoh kerja sama di antara lembaga intelijen dan keamanan kami".
"Kami menghadapi masalah serius yang sama, mengenai mujahidin," kata Charles, yang dikutip Le Soir.
(Uu.C003)
Perdana Menteri Belgia Charles Michel dan timpalannya dari Prancis Manuel Valls bertemu di Brussels, membahas masalah terorisme di dalam wilayah mereka masing-masing.
Kedua pemimpin itu juga mengutuk serangan bom terhadap Museum Nasional Bardo di Tunis, sehingga menewaskan 22 orang, termasuk 20 wisatawan asing.
Menurut Michel, serangan tersebut "menjijikan" dan "memuakkan", demikian laporan Xinhua. Valls juga mengutuk serangan itu "dengan sekeras-kerasnya", dan mengatakan Prancis dan Tunisia akan "bekerja sama untuk memerangi terorisme".
Pertemuan tersebut diadakan setelah penindasan oleh pemerintah Belgia di seluruh negeri itu terhadap tersangka ekstremis. Pemerintah Belgia berpendapat tingkat ancaman bertambah.
Michel mengatakan Pemerintah Belgia dan Prancis akan "lebih memperkokoh kerja sama di antara lembaga intelijen dan keamanan kami".
"Kami menghadapi masalah serius yang sama, mengenai mujahidin," kata Charles, yang dikutip Le Soir.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015
Tags: