Pemerintah diminta ciptakan "technopreneur" andal
18 Maret 2015 17:58 WIB
ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Sulut Gedung bertingkat kawasan bisnis Megasmas, Manado, Sulawesi Utara, Senin (9/2). (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar) ()
Jakarta (ANTARA News) - Ikatan Alumni Mesin Institut Teknologi Bandung mengusulkan pemerintahan lebih memberi perhatian dan bimbingan terhadap penguasaan serta penciptaan teknologi oleh sumber daya lokal, sehingga menumbuhkan insinyur lokal berkembang menjadi "technopreneur" andal.
"Kemauan politik pemerintah mengembangkan technopreneur lokal akan menciptakan keunggulan daya saing struktur industri nasional, yang tidak sekadar mengurangi ketergantungan impor tapi justru akan memperkuat struktur industri nasional seutuhnya," kata Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Mesin Institut Teknologi Bandung (IAM-ITB) Rudy Andriyana kepada pers di Jakarta, Rabu.
Usulan itu disampaikan mengingat apabila "technopreneur" sangat berpengaruh pada daya saing bangsa demi keberlangsungan dari bangsa Indonesia.
Saat ini, katanya, insinyur Indonesia lebih banyak terjebak pada proses produksi, bukan kepada penguasaan dan penciptaan teknologi itu sendiri.
Sebagai contoh, hal-hal kecil atau aksesoris dari sebuah produk teknologi yang sebenarnya mampu diciptakan dan dikuasai oleh insinyur lokal masih dikuasai oleh pihak asing. Bahkan, para investor asing malah membawa vendor ke Indonesia, sehingga menutup peluang insinyur lokal menjadi "technopreneur".
Kondisi ini diakui membuat insinyur lokal menjadi patah hati karena tidak mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan.
Apalagi secara rasio kependudukan jumlah insinyur terus bertambah dari tahun ke tahun, namun kompetensinya tidak terakomodir sebagai insinyur sesungguhnya yaitu sebagai pencipta teknologi, atau tak hanya sebagai sekadar pengelola teknologi.
Dikhawatirkan insinyur nasional tidak memiliki kebanggaan lagi untuk menciptakan teknologi yang berguna bagi Tanah Air karena tidak mendapat kesempatan yang sesuai.
Tak hanya itu, menurut udy, dikhawatirkan tidak banyak lagi orang Indonesia yang ingin menjadi insinyur sehingga akan merugikan Indonesia dan bisa jadi nanti insinyur dari Vietnam, Kamboja yang akan masuk ke Indonesia setelah mereka belajar di kampus teknik terkemuka di Indonesia seperti di ITB.
Saat ini, adalah momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menunjukkan kemampuan daya saing lokal melalui penciptaan dan penguasaan teknologi serta kontribusi pada industri milik nasional maupun asing yang sejak lama ada di Indonesia.
IAM-ITB telah menggagas sebuah Gerakan Indonesianisme yang mengajak masyarakat memperkuat basis ekonomi nasional dan memberdayakan masyarakat negeri ini.
Gerakan Indonesianisme telah membuat daftar produk/jasa yang dibuat di Indonesia, mulai dari kategori produk produsen nasional hingga produk asing yang dirancang bangun dan diproduksi di Indonesia.
Gerakan ini memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi nasional agar bermanfaat dan memberi nilai tambah pada kemampuan rancang bangun, produksi, dan manufaktur, yang memperkokoh perekonomian Indonesia di masa depan.
"Kemauan politik pemerintah mengembangkan technopreneur lokal akan menciptakan keunggulan daya saing struktur industri nasional, yang tidak sekadar mengurangi ketergantungan impor tapi justru akan memperkuat struktur industri nasional seutuhnya," kata Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni Mesin Institut Teknologi Bandung (IAM-ITB) Rudy Andriyana kepada pers di Jakarta, Rabu.
Usulan itu disampaikan mengingat apabila "technopreneur" sangat berpengaruh pada daya saing bangsa demi keberlangsungan dari bangsa Indonesia.
Saat ini, katanya, insinyur Indonesia lebih banyak terjebak pada proses produksi, bukan kepada penguasaan dan penciptaan teknologi itu sendiri.
Sebagai contoh, hal-hal kecil atau aksesoris dari sebuah produk teknologi yang sebenarnya mampu diciptakan dan dikuasai oleh insinyur lokal masih dikuasai oleh pihak asing. Bahkan, para investor asing malah membawa vendor ke Indonesia, sehingga menutup peluang insinyur lokal menjadi "technopreneur".
Kondisi ini diakui membuat insinyur lokal menjadi patah hati karena tidak mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan.
Apalagi secara rasio kependudukan jumlah insinyur terus bertambah dari tahun ke tahun, namun kompetensinya tidak terakomodir sebagai insinyur sesungguhnya yaitu sebagai pencipta teknologi, atau tak hanya sebagai sekadar pengelola teknologi.
Dikhawatirkan insinyur nasional tidak memiliki kebanggaan lagi untuk menciptakan teknologi yang berguna bagi Tanah Air karena tidak mendapat kesempatan yang sesuai.
Tak hanya itu, menurut udy, dikhawatirkan tidak banyak lagi orang Indonesia yang ingin menjadi insinyur sehingga akan merugikan Indonesia dan bisa jadi nanti insinyur dari Vietnam, Kamboja yang akan masuk ke Indonesia setelah mereka belajar di kampus teknik terkemuka di Indonesia seperti di ITB.
Saat ini, adalah momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menunjukkan kemampuan daya saing lokal melalui penciptaan dan penguasaan teknologi serta kontribusi pada industri milik nasional maupun asing yang sejak lama ada di Indonesia.
IAM-ITB telah menggagas sebuah Gerakan Indonesianisme yang mengajak masyarakat memperkuat basis ekonomi nasional dan memberdayakan masyarakat negeri ini.
Gerakan Indonesianisme telah membuat daftar produk/jasa yang dibuat di Indonesia, mulai dari kategori produk produsen nasional hingga produk asing yang dirancang bangun dan diproduksi di Indonesia.
Gerakan ini memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi nasional agar bermanfaat dan memberi nilai tambah pada kemampuan rancang bangun, produksi, dan manufaktur, yang memperkokoh perekonomian Indonesia di masa depan.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: