Jakarta (ANTARA News) - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan kemungkinan harga solar naik Rp100-Rp200 per liter mulai April mendatang.

Wira seusai pengumuman pemenang lelang wilayah kerja di Jakarta, Rabu, mengatakan kenaikan terjadi akibat harga perolehan minyak yang terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah.

"Seminggu ini harga relatif stabil, sedikit naik, turun sedikit, kemudian balik lagi. Tapi dolarnya yang menguat, itu yang harus kami kalkulasi lagi. Revisinya akan dilakukan akhir bulan ini," kata dia.

Depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini, menurut dia, adalah faktor yang paling berperan dalam menentukan harga BBM ke depan karena harga minyak dunia sepanjang Maret tidak menunjukkan lonjakan.

"Naiknya kira-kira tidak banyak, sekitar Rp100-Rp200 mulai 1 April," katanya.

Wira menambahkan, harga solar juga kemungkinan naik akibat pemerintah meningkatkan campuran bahan bakar nabati (BBN) 15 persen dalam tiap satu liter solar (B15).

Mandatori campuran nabati dalam solar sebelumnya ditetapkan sebesar 10 persen per liter. Peningkatan campuran nabati dalam solar dipastikan akan membuat harga jualnya naik karena masih mahalnya harga unsur nabati, yakni sekitar Rp9.300 per liter.

"Dengan adanya BBN 15 persen, harga perolehannya akan naik. Meski ada subsidi, tapi implikasinya memang (harga) bisa naik," katanya.

Dia memastikan peningkatan mandatori pencampuran BBN 15 persen dalam setiap satu liter solar dapat mengurangi devisa negara yang tersedot untuk mengimpor minyak.

"Kita berharap rupiah akan menguat karena impor BBM akan berkurang, harga minyak kelapa sawit (CPO) juga naik," katanya.