Rupiah menguat jadi Rp13.185 per dolar AS
17 Maret 2015 17:14 WIB
Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa sore tercatat Rp13.185 per dolar AS.(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa sore menguat, naik 45 poin dari posisi terakhir kemarin menjadi Rp13.185 per dolar AS.
"Tingkat suku bunga Bank Indonesia yang dipertahankan di level 7,5 persen menjadi salah satu sentimen positif bagi mata uang rupiah karena dapat menahan investor jangka pendek keluar dari Indonesia," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa (17/3) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) 7,5 persen dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility delapan persen.
Rully Nova menambahkan konsolisadi dolar AS menjelang rapat moneter Bank Sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) jadi momentum bagi pelaku pasar uang untuk melakukan aksi ambil untung.
Namun, ia melanjutkan, penguatan rupiah diperkirakan jangka pendek karena potensi dolar AS kembali menguat masih terbuka jika the Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) lebih cepat dari perkiraan.
Menurut dia, sentimen yang belum pasti itu akan mendorong investor pasar uang kembali memegang dolar AS untuk mengurangi risiko investasi.
Di sisi lain, ia menambahkan, neraca perdagangan Februari 2015 yang mencatatkan surplus menjadi salah satu faktor yang menahan rupiah di area positif.
Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2015 tercatat surplus 0,74 miliar dolar AS atau sekira Rp9,62 triliun (kurs Rp13.000), tidak jauh berbeda dengan surplus Januari 2015 yang sebesar 0,75 miliar dolar AS atau Rp9,75 triliun.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa (17/3) nilai tukar rupiah tercatat melemah menjadi Rp13.209 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya, Senin (16/3), di posisi Rp13.237 per dolar AS.
"Tingkat suku bunga Bank Indonesia yang dipertahankan di level 7,5 persen menjadi salah satu sentimen positif bagi mata uang rupiah karena dapat menahan investor jangka pendek keluar dari Indonesia," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa (17/3) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) 7,5 persen dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility delapan persen.
Rully Nova menambahkan konsolisadi dolar AS menjelang rapat moneter Bank Sentral Amerika Serikat (the Federal Reserve) jadi momentum bagi pelaku pasar uang untuk melakukan aksi ambil untung.
Namun, ia melanjutkan, penguatan rupiah diperkirakan jangka pendek karena potensi dolar AS kembali menguat masih terbuka jika the Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) lebih cepat dari perkiraan.
Menurut dia, sentimen yang belum pasti itu akan mendorong investor pasar uang kembali memegang dolar AS untuk mengurangi risiko investasi.
Di sisi lain, ia menambahkan, neraca perdagangan Februari 2015 yang mencatatkan surplus menjadi salah satu faktor yang menahan rupiah di area positif.
Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2015 tercatat surplus 0,74 miliar dolar AS atau sekira Rp9,62 triliun (kurs Rp13.000), tidak jauh berbeda dengan surplus Januari 2015 yang sebesar 0,75 miliar dolar AS atau Rp9,75 triliun.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa (17/3) nilai tukar rupiah tercatat melemah menjadi Rp13.209 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya, Senin (16/3), di posisi Rp13.237 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: