Jakarta (ANTARA News) - Untuk terakhir kalinya, pesawat Hawk Mk-53 yang dioperasikan di Skuadron Udara 15 TNI AU di Pangkalan Udara Utama Iswahyudi, mengarungi angkasa Indonesia, pada Kamis lalu (12/3). Itulah penerbangan terakhir Hawk Mk-53 yang telah bergabung dengan TNI AU sejak 1 September 1980.
Setelah penerbangan terakhir itu, unit Hawk Mk-53 bernomor registrasi TT-5309 yang diterbangkan Komandan Skadron Udara 15, Letnan Kolonel Penerbang Marda Sarjono bersama Letnan Satu Penerbang Kurniadi Sukmo Djatmiko, itu diparkir di arena parkir hanggar Skuadron Udara 15.
Penerbangan itu disaksikan Komandan Wing 3 Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, Kolonel Penerbangan Iko Putro, beserta para petinggi satuan itu, seturut keterangan Dinas Penerangan TNI AU.
Dipesan dan dibuat benar-benar baru dari hanggar produksinya, pabrikan British Aerospace di Inggris untuk TNI AU. Saat itu, TNI AU menjadi pengguna perdana Hawk series dari British Aerospace.
Inilah salah satu seri pesawat terbang tempur ringan-latih multi fungsi yang juga menjadi andalan eksport British Aerospace. Inggris sangat konvensional dan berbeda dalam memberi nama produk pertahanannya, mereka kerap memberi urutan pengembangan dengan kode Mark, yang disingkat Mk.
Tipe lain yang diandalkan untuk ekspor dan keperluan domestik Kerajaan Inggris adalah Hawk series (Hawk-100 dan Hawk-200 series). Bisa dibilang, kedua tipe pesawat tempur ringan inilah yang turut membesarkan nama British Aerospace pada masa Perang Dingin tengah berjalan.
Bagi TNI AU, sebagai pesawat latih, Hawk MK-53 juga telah berhasil mencetak penerbang-penerbang tempur berkualitas.
Kecepatannya subsonik, mampu menggotong dua bom udara-darat konvensional Mk-80 atau Mk-82, bisa dipasangi peluru kendali AIM-9 Sidewinder yang sangat kondang saat itu, dan tentu tangki konformal untuk menambah jarak jelajahnya.
Dalam tradisi para ksatria udara alias penerbang tempur, penerbangan perpisahan ini juga dinamakan farewell flight, yang dalam kasus Hawk Mk-53 ini merupakan simbol transisi/pergantian pesawat tempur yang akan dioperasikan di Skuadron Udara 15, dari Hawk MK-53 ke T-50i Golden Eagle buatan Korean International Industries.
Selain sebagai pesawat terbang latih jet-transisi menuju tipe yang lebih lanjut, di antaranya F-16 Fighting Falcon, yang pada masa itu sama-sama dibeli baru 100 persen, banyak misi Hawk Mk-53 yang telah dilaksanakan baik untuk kepentingan operasi militer belaka ataupun diplomasi militer dengan negara lain.
Salah satu alasan pokok Hawk Mk-53 diganti (phased out) adalah mereka sudah "habis" jam terbangnya secara struktur, teknologi, dan komonalitas sistemnya. Untuk selanjutnya pesawat tempur ringan yang juga sempat dipakai tim aerobatik Angkatan Udara Kerajaan Inggris, Red Arrows, itu akan ditempatkan di Museum Pusat Dirgantara Mandala, Yogyakarta.
Penerbangan perpisahan dilakukan secara sinambung (ferry flight) dari Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi ke Pangkalan Udara Utama Adi Sutjipto. Hawk Mk-53 TT-5309 versi kursi ganda itu dikawal lima T-50i Golden Eagle.
Mereka terbang formasi, untuk kemudian terbang lintas (flypass) di atas apron utama Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi. Tujuan akhir Hawk Mk-53 TT-5309 itu adalah penyerahan dirinya ke Museum Pusat Dirgantara Mandala Yogyakarta, yang juga berada di lingkungan Pangkalan Udara Utama Adi Sutjipto.
Terima kasih, Hawk Mk-53…
Terima kasih Hawk Mk-53…
Oleh Ade P Marboen
17 Maret 2015 15:11 WIB
Hawk MK-53 (kiri) dikawal empat pesawat T-50i Golden Eagle dalam upacara penyambutan penerbangan terakhir Hawk MK-53 di Lapangan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Kamis (12/3/15). Pesawat yang telah mengabdi selama 35 tahun tersebut resmi pensiun, selanjutnya akan di tempatkan di Museum Dirgantara Yogyakarta dan digantikan dengan pesawat T-50i Golden Eagle. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: