Jakarta (ANTARA News) - Polri masih menyelidiki motivasi keberangkatan 16 orang Warga Negara Indonesia yang ditahan di Turki, kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divhumas Polri Kombes Rikwanto.

"Ada berbagai macam dugaan. Mereka dipengaruhi pihak tertentu, pertama untuk menjalankan syariat Islam secara utuh dengan berjihad dan mendapatkan penghasilan yang cukup," katanya di Jakarta, Senin.

Menurut dia, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menjanjikan penghasilan cukup besar kepada pihak yang mau bergabung. "ISIS menjanjikan Rp20 juta sebulan di sana," katanya.

Keenam belas WNI tersebut, menurut Rikwanto, memang berangkat dari Indonesia menuju ke Suriah melewati Turki dengan niat bergabung dengan kelompok ISIS. Namun niatan mereka terlebih dahulu diketahui oleh pihak keamanan Turki dan ditangkap.

Sementara Polri dalam hal ini Densus 88 Antiteror Mabes Polri berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kementerian Luar Negeri serta Badan Intelijen Negara (BIN) telah memberangkatkan perwakilannya ke Turki untuk menyelidiki motivasi dan sponsor keberangkatan 16 WNI yang ditangkap tersebut.

Sementara 16 orang WNI yang memisahkan diri dari biro perjalanan Smailing Tour hingga kini belum diketahui keberadaannya. "Mereka belum ditemukan," imbuhnya.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan bahwa 16 WNI yang ditangkap di Turki bukan merupakan 16 WNI yang tergabung dalam rombongan tur wisata pada 24 Februari 2015 tetapi merupakan kelompok yang berbeda.

Dengan demikian, ada dua kelompok WNI yang berbeda yang kini berada di Turki.

Kelompok pertama adalah 16 orang WNI yang ikut dalam tur wisata yakni kelompok yang berangkat ke Turki bersama rombongan agen perjalanan wisata pada 24 Februari 2015. Namun, saat jadwal kepulangan ke Indonesia pada 4 Maret, mereka tidak ikut pulang ke Indonesia dan memisahkan diri dari rombongan.

Sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok lain yang ditangkap pada 4 Maret 2015.