Tren batu akik buka lapangan kerja Bukittinggi
14 Maret 2015 00:05 WIB
ilustrasi Peredaran Batu Akik Palsu Calon pembeli memeriksa keaslian batu akik di sentra penjualan batu akik di Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (21/2). Sejak peminat batu akik meningkat yang mempengaruhi harga batu akik yang terus naik, membuat peredaran batu akik palsu yang terbuat dari kaca rendeman atau batu warna biasa marak di pasaran. Batu akik palsu yang mirip dengan batu akik asli tersebut biasanya dijual murah di bandingkan batu akik yang asli atau bersertifikat. (ANTARA FOTO/Rudi Mulya)
Bukittinggi (ANTRA News) - Tren kegemaran masyarakat di berbagai daerah mencari batu akik sebagai aksesoris telah membuka lapangan kerja baru bagi warga Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat, kata Wali Kota Bukittinggi Ismet Amzis.
"Batu akik membuka lapangan kerja, potensi yang positif untuk dikembangkan," katanya di Bukittinggi, Jumat.
Ia mengatakan hal itu kepada sejumlah wartawan yang bertugas meliput berita di Kota Magelang, Jawa Tengah, yang menyertai rombongan pejabat Pemkot Magelang dengan dipimpin Sekretaris Daerah Sugiharto beraudiensi dengan jajaran Pemkot Bukittinggi.
Ia menjelaskan Kota Bukittinggi tidak memiliki potensi tambang batuan, tetapi daerah sekitarnya memiliki hal tersebut, seperti Darmasraya dan Pasaman.
Potensi batu akik dari sejumlah daerah di sekitar Kota Bukittinggi dibawa ke kota setempat untuk cenderamata para wisatawan yang berkunjung ke Kota Bukittinggi.
"Bukittinggi ini destinasi wisata utama di Sumatera Barat. Ini dimanfaatkan untuk menawarkan kepada penggemar batu akik," kata Ismet yang juga gemar batu akik tersebut.
Ia menyebut selama ini pedagang batu akik menggelar dagangan mereka di Pasar Atas, dekat ikon pariwisata daerah setempat yang berupa Jam Gadang.
Jumlah pedagang batu akik di tempat tersebut, katanya, tercatat 60 orang. Akan tetapi, tren batu akik telah membuat jumlah mereka semakin banyak dengan tempat berjualan yang makin meluas.
Kalau sebelumnya, katanya, pembicaraan tentang batu akik sebatas di kampung-kampung dan warung kopi, saat ini juga terjadi di rumah-rumah warga dan berbagai objek wisata lainnya di Bukittinggi.
"Muncul pula perajin ikat batu akik dari perak atau tembaga, muncul penjualan bongkahan batu akik dan pengasah. Mereka saling bersinergi. Ada harga batu akik yang mencapai Rp500 ribu hingga satu juta rupiah," katanya.
Selain itu, katanya, sejumlah pihak menggelar kontes batu akik dengan pemenangnya mendapat sertifikat sehingga harga batu akik yang bersertifikat semakin tinggi.
Ia mengatakan Kota Bukittinggi mendapatkan keuntungan terkait dengan tren kegemaran warga mencari batu akik.
"Keuntungan Bukittinggi lebih pada peranan perdagangan karena yang selama ini hanya di pasar, telah berkembang pula penjualannya di berbagai objek wisata dan tepi-tepi jalan. Sampai dengan saat ini, kami belum memungut retribusi untuk pedagang batu akik. Ini memberi keuntungan kepada masyarakat, yang penting, aktivitas mereka tidak mengganggu kepentingan umum," katanya.
"Batu akik membuka lapangan kerja, potensi yang positif untuk dikembangkan," katanya di Bukittinggi, Jumat.
Ia mengatakan hal itu kepada sejumlah wartawan yang bertugas meliput berita di Kota Magelang, Jawa Tengah, yang menyertai rombongan pejabat Pemkot Magelang dengan dipimpin Sekretaris Daerah Sugiharto beraudiensi dengan jajaran Pemkot Bukittinggi.
Ia menjelaskan Kota Bukittinggi tidak memiliki potensi tambang batuan, tetapi daerah sekitarnya memiliki hal tersebut, seperti Darmasraya dan Pasaman.
Potensi batu akik dari sejumlah daerah di sekitar Kota Bukittinggi dibawa ke kota setempat untuk cenderamata para wisatawan yang berkunjung ke Kota Bukittinggi.
"Bukittinggi ini destinasi wisata utama di Sumatera Barat. Ini dimanfaatkan untuk menawarkan kepada penggemar batu akik," kata Ismet yang juga gemar batu akik tersebut.
Ia menyebut selama ini pedagang batu akik menggelar dagangan mereka di Pasar Atas, dekat ikon pariwisata daerah setempat yang berupa Jam Gadang.
Jumlah pedagang batu akik di tempat tersebut, katanya, tercatat 60 orang. Akan tetapi, tren batu akik telah membuat jumlah mereka semakin banyak dengan tempat berjualan yang makin meluas.
Kalau sebelumnya, katanya, pembicaraan tentang batu akik sebatas di kampung-kampung dan warung kopi, saat ini juga terjadi di rumah-rumah warga dan berbagai objek wisata lainnya di Bukittinggi.
"Muncul pula perajin ikat batu akik dari perak atau tembaga, muncul penjualan bongkahan batu akik dan pengasah. Mereka saling bersinergi. Ada harga batu akik yang mencapai Rp500 ribu hingga satu juta rupiah," katanya.
Selain itu, katanya, sejumlah pihak menggelar kontes batu akik dengan pemenangnya mendapat sertifikat sehingga harga batu akik yang bersertifikat semakin tinggi.
Ia mengatakan Kota Bukittinggi mendapatkan keuntungan terkait dengan tren kegemaran warga mencari batu akik.
"Keuntungan Bukittinggi lebih pada peranan perdagangan karena yang selama ini hanya di pasar, telah berkembang pula penjualannya di berbagai objek wisata dan tepi-tepi jalan. Sampai dengan saat ini, kami belum memungut retribusi untuk pedagang batu akik. Ini memberi keuntungan kepada masyarakat, yang penting, aktivitas mereka tidak mengganggu kepentingan umum," katanya.
Pewarta: M Hari Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: