Moskow (ANTARA News) - Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) takkan pernah menimbulkan ancaman militer terhadap siapapun juga, kata sekretaris jenderal organisasi itu pada Rabu (11/3).

SCO takkan pernah mengincar siapapun, kata Dmitry Mezentsev dalam pertemuan terbuka sidang ke-10 Forum SCO di Kota Khanty-Mansiysk di Siberia Barat.

Ia membantah laporan media bahwa SCO kian melibatkan menteri pertahanan negara anggota di dalam kegiatannya.

"Tak ada alasan untuk mengatakan bahwa jumlah tentara yang ikut dalam pelatihan Misi Perdamaian bertambah," kata Mezentsev sebagaimana dikutip kantor berita Interfax.

Menurut Mezentsev, negara anggota SCO hanya bekerja sama untuk menanggulangi aksi teror, fanatisme, penyelundupan narkotika dan penyelundupan senjata, demikian laporan Xinhua .

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Morgulov mengatakan dalam sidang itu bahwa SCO harus memperluas jaringan kerja anti-terornya akibat ketidakstabilan di Timur Tengah, Afrika Utara dan Ukraina.

"Penyebaran terorisme dapat mengakibatkan ledakan ketidakstabilan di seluruh wilayah tersebut," katanya.

Maraknya aksi teror telah membuat beberapa negara berusaha membentuk sistem internasional berdasarkan kepentingan mereka dan untuk mencegah terbentuknya tatanan dunia banyak kutub, kata Morgulov.

SCO, yang didirikan pada 15 Juni 2001, memiliki anggota penuh Tiongkok, Kazakhstan, Kyrgizstan, Rusia, Tajikistan dan Usbekistan sementara Afghanistan, India, Iran, Mongolia dan Pakistan menjadi negara pengamat dan Belarusia, Turki serta Sri Lanka sebagai mitra dialog.

Rusia memangku jabatan presiden bergilir SCO untuk 2015 dan pertemuan puncak dijadwalkan diselenggarakan di Ufa pada Juli.

Pendahulu SCO, mekanisme Shanghai Lima, berasal dan tumbuh dari upaya Tiongkok, Rusia, Kazakhstan, Kyrgizstan dan Tajikistan untuk memperkuat pembangunan kepercayaan dan perlucutan senjata di wilayah perbatasan mereka.

Pada 1996 dan 1997, kepala negara kelima negara itu bertemu di masing-masing Shanghai, Tiongkok, dan Moskow, Rusia, dan menandatangani Kesepakatan mengenai Diperdalamnya Kepercayaan Militer di Wilayah Perbatasan dan Kesepakatan mengenai Pengurangan Pasukan Militer di Wilayah Perbatasan.

Setelah itu, pertemuan tahunan menjadi kegiatan rutin telah diselengarakan di kelima negara anggota. Topik pertemuan secara bertahap meluas dari pembangunan kepercayaan di wilayah perbatasan sampai kerja sama yang saling menguntungkan di bidang politik, keamanan, diplomatik, ekonomi, perdagangan dan bidang lain di kalangan kelima negara tersebut.

Presiden Uzbekistan diundang ke Pertemuan Puncak Dushanbe 2000 sebagai tamu negara tuan rumah. Karena pertemuan pertama kelima kepala negara berlangsung di Shanghai, mekanisme kerja sama itu kemudian dikenal dengan nama "Shanghai Lima".

(Uu.C003)