DKP Bantul akan tebar 3.000 anak kepiting
11 Maret 2015 20:32 WIB
ilustrasi--Sejumlah petugas dari Kantor Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Palu melepas kepiting bakau bertelur di pesisir hutan pantai mangrove Kabonga, Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (5/3). (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Bantul (ANTARA News) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun ini berencana menebar sekitar 3.000 anak kepiting atau kroyo untuk meningkatkan populasi hewan tersebut.
"Tahun ini kami siapkan anggaran untuk pembelian anak kepiting sekitar Rp10 juta, kalau jumlah satuannya tergantung harga, mungkin jumlahnya sekitar tiga ribuan kroyo," kata Kepala Bidang Bina Usaha, Pengendalian dan Pengawasan DKP Bantul, Nanang Dwi Atmoko di Bantul, Rabu.
Menurut dia, ribuan anak kepiting tersebut rencananya akan ditebar di wilayah konservasi bakau kawasan Pantai Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretak melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat.
Nanang mengatakan, penebaran anak kepiting itu rencananya akan dilakukan secara bertahap mulai triwulan kedua hingga triwulan ketiga 2015, disesuaikan dengan pencairan anggaran dalam APBD Bantul 2015.
"Penebaran tidak bisa dilakukan sekaligus, namun bertahap bisa sampai tiga kali tergantung ketersediaan anak kepiting di tingkat pengepul, untuk anakan kepiting ini kami mengambil dari Cilacap Jawa Tengah," katanya.
Oleh sebab itu, kata dia sebelum membeli pihaknya akan terlebih dulu survei lokasi untuk mengetahui stok dan kesiapan pembudidaya, termasuk kesepakatan harga dan waktu kapan hewan tersebut akan dikirimkan ke Bantul.
Ia mengatakan, selain meningkatkan populasi dan menjaga ekosistem kawasan hutan bakau tersebut, penebaran anak kepiting juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pesisir setempat, karena dapat menikmati hasil panen setelah dikelola.
"Harapannya anak kepiting bisa tumbuh kembang dan dikelola dengan baik oleh pokdarwis dan masyarakat sekitar, dan setelah cukup besar bisa diambil, namun untuk yang petelur jangan ditangkap," katanya.
Menurut dia, anak kepiting yang disebar tersebut biasanya sudah cukup umur dan bisa dikonsumsi meskipun dagingnya belum tebal. Namun demikian pihaknya tetap menyarankan agar dikelola dulu sebelum hasilnya di panen.
"Tahun ini kami siapkan anggaran untuk pembelian anak kepiting sekitar Rp10 juta, kalau jumlah satuannya tergantung harga, mungkin jumlahnya sekitar tiga ribuan kroyo," kata Kepala Bidang Bina Usaha, Pengendalian dan Pengawasan DKP Bantul, Nanang Dwi Atmoko di Bantul, Rabu.
Menurut dia, ribuan anak kepiting tersebut rencananya akan ditebar di wilayah konservasi bakau kawasan Pantai Baros, Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretak melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat.
Nanang mengatakan, penebaran anak kepiting itu rencananya akan dilakukan secara bertahap mulai triwulan kedua hingga triwulan ketiga 2015, disesuaikan dengan pencairan anggaran dalam APBD Bantul 2015.
"Penebaran tidak bisa dilakukan sekaligus, namun bertahap bisa sampai tiga kali tergantung ketersediaan anak kepiting di tingkat pengepul, untuk anakan kepiting ini kami mengambil dari Cilacap Jawa Tengah," katanya.
Oleh sebab itu, kata dia sebelum membeli pihaknya akan terlebih dulu survei lokasi untuk mengetahui stok dan kesiapan pembudidaya, termasuk kesepakatan harga dan waktu kapan hewan tersebut akan dikirimkan ke Bantul.
Ia mengatakan, selain meningkatkan populasi dan menjaga ekosistem kawasan hutan bakau tersebut, penebaran anak kepiting juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pesisir setempat, karena dapat menikmati hasil panen setelah dikelola.
"Harapannya anak kepiting bisa tumbuh kembang dan dikelola dengan baik oleh pokdarwis dan masyarakat sekitar, dan setelah cukup besar bisa diambil, namun untuk yang petelur jangan ditangkap," katanya.
Menurut dia, anak kepiting yang disebar tersebut biasanya sudah cukup umur dan bisa dikonsumsi meskipun dagingnya belum tebal. Namun demikian pihaknya tetap menyarankan agar dikelola dulu sebelum hasilnya di panen.
Pewarta: Heri Sidik
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: