Rupiah Rabu pagi turun 78 poin
11 Maret 2015 10:34 WIB
Petugas menghitung pecahan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 78 poin menjadi Rp13.161 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.083 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah secara beruntun tertekan terhadap mata uang utama Amerika Serikat, yakni dolar AS. Penguatan dolar AS seiring dengan besarnya ekspektasi pelaku pasar uang terhadap kenaikan suku bunga di Amerika Serikat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed fund rate) telah memicu kenaikan volatilitas mata uang global, terutama di negara-negara berkembang.
"Penguatan dolar AS merupakan spekulasi kenaikan Fed fund rate di bulan Juni, ekspektasi yang lebih cepat dibanding sebelumnya di bulan September pada tahun ini setelah data tenaga kerja AS cukup solid serta serangkaian komentar pejabat the Fed," katanya.
Selain itu, lanjut dia, melemahnya mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah juga akibat belum adanya kepastian negosiasi utang Yunani, situasi itu menambah katalis positif bagi dolar AS.
"Faktor utama pelemahan nrupiah masih didorong sentimen global, sementara dari dalam negeri masih cukup kondusif," katanya.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup stabil dapat membuat rupiah dalam jangka menengah-panjang berpotensi kembali terapresiasi.
"Rupiah akan bergerak sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia dalam jangka menengah-panjang," ucapnya.
Setelah sentimen the Fed memudar, menurut dia, investor akan kembali masuk ke pasar berisiko karena imbal hasil yang ditawarkan masih cukup atraktif.
Ia optimistis asumsi makro dalam APBN-P 2015 yang telah disahkan melalui sidang paripurna diantaranya pertumbuhan ekonomi 5,7 persen, laju inflasi 5,0 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp12.500 masih dapat dicapai.
"Nilai tukar rupiah secara beruntun tertekan terhadap mata uang utama Amerika Serikat, yakni dolar AS. Penguatan dolar AS seiring dengan besarnya ekspektasi pelaku pasar uang terhadap kenaikan suku bunga di Amerika Serikat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed fund rate) telah memicu kenaikan volatilitas mata uang global, terutama di negara-negara berkembang.
"Penguatan dolar AS merupakan spekulasi kenaikan Fed fund rate di bulan Juni, ekspektasi yang lebih cepat dibanding sebelumnya di bulan September pada tahun ini setelah data tenaga kerja AS cukup solid serta serangkaian komentar pejabat the Fed," katanya.
Selain itu, lanjut dia, melemahnya mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah juga akibat belum adanya kepastian negosiasi utang Yunani, situasi itu menambah katalis positif bagi dolar AS.
"Faktor utama pelemahan nrupiah masih didorong sentimen global, sementara dari dalam negeri masih cukup kondusif," katanya.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup stabil dapat membuat rupiah dalam jangka menengah-panjang berpotensi kembali terapresiasi.
"Rupiah akan bergerak sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia dalam jangka menengah-panjang," ucapnya.
Setelah sentimen the Fed memudar, menurut dia, investor akan kembali masuk ke pasar berisiko karena imbal hasil yang ditawarkan masih cukup atraktif.
Ia optimistis asumsi makro dalam APBN-P 2015 yang telah disahkan melalui sidang paripurna diantaranya pertumbuhan ekonomi 5,7 persen, laju inflasi 5,0 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp12.500 masih dapat dicapai.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015
Tags: