Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pelemahan mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat masih dalam kondisi normal.
"Ini bukan masalah, sebabnya adalah Amerika saat ini ekonominya bagus sekali. Yang kena imbas juga tidak hanya rupiah, seluruh mata uang juga kena," katanya ketika ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu.
Menurut dia, kondisi Rupiah tidak terlalu buruk jika dibandingkan dengan mata uang asing lainnya dan hanya Swiss frank yang mengalami penguatan dari Dolar Amerika Serikat.
"Jika pariwisata ramai maka (wisatawan asing) yang membawa dolar akan semakin banyak. Untuk TKI juga akan diperbaiki supaya emiten meningkat," ujar Sofyan menjelaskan.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan Dolar Amerika Serikat yang terjadi pada hampir semua mata uang asing disebabkan oleh tiga hal.
"Pertama ialah ekonomi Amerika yang terus menguat, dan rencana penguatan Fed Fund Rate menyebabkan dollar menguat. Kedua adanya injeksi likuiditas moneter dari ICB Euro dan Bank of Japan," katanya.
Dia menambahkan, tahun lalu mata uang Euro melemah 13,5 persen terhadap Dolar Amerika, sedangkan Yen Jepang 12,5-13 persen. Sedangkan Rupiah hanya 1,8 persen.
"Artinya Rupiah memang melemah terhadap dolar tapi menguat terhadap Yen dan Euro kurang lebih sekitar 11 persen. Juga, seluruh negara menghadapi fenomenan dollar yang menguat," katanya.
Sedangkan untuk faktor ketiga, ialah kondisi ekonomi domestik yang masih menghadapi current account deficit, ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (10/3).
Menko Perekonomian nilai pelemahan rupiah sebagai kondisi normal
11 Maret 2015 09:04 WIB
Menko Perekonomian, Sofyan Djalil (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: