Industri tekstil siap terobos pasar Uni Eropa
9 Maret 2015 16:15 WIB
Ilustrasi--Pekerja menata tekstil di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Jumat (3/1). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta (ANTARA News) - Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia siap melakukan ekspor atau menerobos pasar Uni Eropa (EU), jika kesepakatan perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) ke kawasan tersebut dibuka oleh Pemerintah Indonesia dan kawasan.
"Kami siap dengan target ekspor yang dibuat Kementerian Perdagangan sebanyak tiga kali lipat pada akhir 2019, asal FTA dengan EU dan Turki segera dilakukan," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Ade mengatakan, ekspor produk tekstil ke EU saat ini baru mencapai 3,6 miliar dollar AS dengan tarif 12 persen hingga 30 persen, sedangkan jika FTA diberlakukan, maka peningkatan ekspor bisa menvapai 10 milliar dollar AS hingga 12 milliar dollar AS.
Menurutnya, EU merupakan pasar yang potensial dengan 250 juta penduduk, income per kapita sebesar 40 ribu dollar AS dan tingkat konsumsi mendekati 28 kilogram per kapita, yang berarti memiliki daya beli yang kuat.
"Dan kita kurang bisa memanfaatkan ini karena tidak ada akses pasar ke Eropa. Sedangkan Vietnam, Kamboja dan Banglades mendapatkan tarif 0 persen. Sehingga di semua mall ataupun pedagang di sana didominasi oleh made in Banglades dan Vietnam. Dan produk Indonesia sangat jarang ditemui," ujar Ade.
Sementara itu, tambah Ade, Indonesia juga perlu membuka perdagangan bebas dengan Turki, karena Turki adalah gerbang untuk ke pasar Eropa bagian timur, di mana Eropa Timur mampu memberikan respon yang cepat terhadap permintaan pasar dari Eropa Barat dan Amerika.
"Ekspor ke Amerika itu masih didominasi oleh Eropa. Jadi dengan masuknya produk kita ke Eropa, itu bisa masuk ke Amerika dengan pintu gerbangnya Turki. Di situ industri pencelupan bisa 'quick response'. Kalau langsung dari Indonesia kan jauh, kalau di sana moda transportasi banyak," kata Ade.
Untuk itu, lanjut Ade, industri TPT di Indonesia terus bersiap diri sambil menunggu saatnya Indonesia membuka FTA dengan pasar EU dan Turki.
"Kami sedang mempersiapkan, Kementerian Perindustrian khususnya, infrastruktur terhadap hardwarenya, yakni pembaruan mesin, kemudian pelatihan tenaga kerja. Nah, kemudian tinggal bagaimana menerobos pasarnya," ujar Ade.
"Kami siap dengan target ekspor yang dibuat Kementerian Perdagangan sebanyak tiga kali lipat pada akhir 2019, asal FTA dengan EU dan Turki segera dilakukan," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Ade mengatakan, ekspor produk tekstil ke EU saat ini baru mencapai 3,6 miliar dollar AS dengan tarif 12 persen hingga 30 persen, sedangkan jika FTA diberlakukan, maka peningkatan ekspor bisa menvapai 10 milliar dollar AS hingga 12 milliar dollar AS.
Menurutnya, EU merupakan pasar yang potensial dengan 250 juta penduduk, income per kapita sebesar 40 ribu dollar AS dan tingkat konsumsi mendekati 28 kilogram per kapita, yang berarti memiliki daya beli yang kuat.
"Dan kita kurang bisa memanfaatkan ini karena tidak ada akses pasar ke Eropa. Sedangkan Vietnam, Kamboja dan Banglades mendapatkan tarif 0 persen. Sehingga di semua mall ataupun pedagang di sana didominasi oleh made in Banglades dan Vietnam. Dan produk Indonesia sangat jarang ditemui," ujar Ade.
Sementara itu, tambah Ade, Indonesia juga perlu membuka perdagangan bebas dengan Turki, karena Turki adalah gerbang untuk ke pasar Eropa bagian timur, di mana Eropa Timur mampu memberikan respon yang cepat terhadap permintaan pasar dari Eropa Barat dan Amerika.
"Ekspor ke Amerika itu masih didominasi oleh Eropa. Jadi dengan masuknya produk kita ke Eropa, itu bisa masuk ke Amerika dengan pintu gerbangnya Turki. Di situ industri pencelupan bisa 'quick response'. Kalau langsung dari Indonesia kan jauh, kalau di sana moda transportasi banyak," kata Ade.
Untuk itu, lanjut Ade, industri TPT di Indonesia terus bersiap diri sambil menunggu saatnya Indonesia membuka FTA dengan pasar EU dan Turki.
"Kami sedang mempersiapkan, Kementerian Perindustrian khususnya, infrastruktur terhadap hardwarenya, yakni pembaruan mesin, kemudian pelatihan tenaga kerja. Nah, kemudian tinggal bagaimana menerobos pasarnya," ujar Ade.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015
Tags: