Jambi (ANTARA News) - Orang rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas Kabupaten Sarolangun-Batanghari, Jambi, sedang kesulitan mendapat pangan menurut Manager Program Pemberdayaan Masyarakat Komunitas Konservasi Indonesia WARSI, Robert Aritonang, di Jambi, Sabtu.

Dia mengatakan orang rimba di Taman Nasional Bukit Dua Belas yang jumlahnya 3.850 orang sulit mendapat pangan karena hutan tempat mencari makan makin sempit, sebagian sudah dibuka dan ditanami kelapa sawit atau karet.

"Saat ini hutan yang menjadi daerah jelajah mereka untuk mencari makan sudah kurang. Hutan-hutan sudah banyak yang menjadi trans dan perkebunan," kata Robert.

Ia menjelaskan orang rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas hidup berkelompok di bagian selatan dan timur bukit serta di sepanjang jalan lintas dan kawasan sungai. Mereka biasa hidup melangun atau berpindah.

"Mereka berpindah-pindah sampai tujuh kali sebelum kembali ke tempat asal. Nah saat melangun ini mereka tidak mendapat pasokan makanan yang banyak, ladang cadangan mereka untuk ubi-ubian juga tidak ada," jelasnya.

Kesulitan mendapatkan pangan, dia menjelaskan, membuat sejumlah orang rimba sakit dan beberapa di antaranya sampai meninggal dunia.

Menurut dia, sejak Januari hingga Februari tahun ini ada 11 orang rimba meninggal dunia karena kekurangan pangan. "Delapan di antaranya adalah balita," katanya.

"Dengan kejadian meninggalnya orang rimba di kelompok sungai Terap. semua orang rimba yang ada kita periksa. Kemarin kita bawa dokter, tapi dokter mengatakan bahwa di kalangan mereka tidak ditemukan wabah penyakit. Dan dokter menyimpulkan meninggal 11 orang rimba termasuk balita karena kondisi fisik yang lemah," ujarnya.

Kepala Sub Direktorat Kerja Sama Kelembagaan, Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Kementerian Sosial Laude Taufik mengatakan pemerintah akan membantu orang rimba mengatasi masalah kesulitan pangan.

"Kita memang mengalokasikan dana semacam bentuk kedukaan untuk keluarga orang rimba yang meninggal karena kurang asupan makanan dengan indeks yang ada di kami. Namun ini perlu diberikan dalam bentuk sembako, karena kalau kita beri uang tunai mungkin bisa dibeli rokok oleh mereka," katanya.