Umat Hindu Bali gelar ritual Tumpek Kandang
7 Maret 2015 08:36 WIB
Seorang pemuka Agama Hindu (Pemangku) memimpin upacara Tumpek Kandang atau hari suci untuk hewan peliharaan di Bali Zoo, Gianyar, Bali, Sabtu (11/1). Umat Hindu di Bali menggelar upacara ruwatan Hari Tumpek Kandang dengan harapan hewan-hewan bisa tumbuh baik, terjaga kelestariannya dan memberi manfaat bagi manusia. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Denpasar (ANTARA News) - Umat Hindu di Bali pada Sabtu menggelar ritual Tumpek Kandang, mempersembahkan rangkaian janur (banten) berkombinasi bunga, kue dan buah-buahan khusus untuk binatang piaraan yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan keluarga.
Dalam ritual yang digelar setiap 210 hari sekali itu umat Hindu memuja Ida Betara Siwa dalam manifestasi sebagai Rare Angon, kata Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri Denpasar, Dr I Ketut Sumadi.
Ia menuturkan ritual pada hari tersebut merupakan lambang korban suci untuk semua jenis binatang yang hidup di alam semesta, termasuk yang menjadi piaraan seperti sapi, kerbau, babi, dan ayam.
Tradisi Tumpek Kandang, ia melanjutkan, ditujukan untuk menyucikan binatang yang diharapkan bisa memberikan kesejahteraan bagi umat manusia.
Masyarakat Bali mewarisi Tumpak Kandang untuk menjaga tradisi memelihara kelestarian alam, keseimbangan ekosistem dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesama umat manusia, serta antara manusia dengan lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa (Tri Hita Karana).
Ketut Sumadi menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap mengonsumsi daging yang bersumber dari hewan dan binatang.
"Mengkonsumsi daging hewan atau binatang sedikit banyak membawa pengaruh terhadap tabiat, sifat dan karakter manusia," ujar Ketut Sumadi.
Oleh sebab itu, ia melanjutkan, pada Hari Tumpek Kandang, umat manusia hendaknya dapat menyucikan diri, untuk menetralisir kekuatan-kekuatan binatang dalam diri.
Ritual Tumpek Kandang yang umumnya dilakukan di kandang hewan piaraan itu, ia menjelaskan, juga merupakan wujud ungkapan rasa terima kasih dan syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan flora dan fauna untuk kesejahteraan umat manusia.
Dalam ritual yang digelar setiap 210 hari sekali itu umat Hindu memuja Ida Betara Siwa dalam manifestasi sebagai Rare Angon, kata Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri Denpasar, Dr I Ketut Sumadi.
Ia menuturkan ritual pada hari tersebut merupakan lambang korban suci untuk semua jenis binatang yang hidup di alam semesta, termasuk yang menjadi piaraan seperti sapi, kerbau, babi, dan ayam.
Tradisi Tumpek Kandang, ia melanjutkan, ditujukan untuk menyucikan binatang yang diharapkan bisa memberikan kesejahteraan bagi umat manusia.
Masyarakat Bali mewarisi Tumpak Kandang untuk menjaga tradisi memelihara kelestarian alam, keseimbangan ekosistem dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesama umat manusia, serta antara manusia dengan lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa (Tri Hita Karana).
Ketut Sumadi menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap mengonsumsi daging yang bersumber dari hewan dan binatang.
"Mengkonsumsi daging hewan atau binatang sedikit banyak membawa pengaruh terhadap tabiat, sifat dan karakter manusia," ujar Ketut Sumadi.
Oleh sebab itu, ia melanjutkan, pada Hari Tumpek Kandang, umat manusia hendaknya dapat menyucikan diri, untuk menetralisir kekuatan-kekuatan binatang dalam diri.
Ritual Tumpek Kandang yang umumnya dilakukan di kandang hewan piaraan itu, ia menjelaskan, juga merupakan wujud ungkapan rasa terima kasih dan syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan flora dan fauna untuk kesejahteraan umat manusia.
Pewarta: IK Sutika
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: