Harga ikan di Kupang "meroket"
6 Maret 2015 11:47 WIB
Ilustrasi - Ikan laut (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)
Kupang (ANTARA News) - Harga ikan di sejumlah tempat pendaratan ikan dalam Kota Kupang mulai "meroket" akibat hujan disertai angin kencang yang memicu terjadinya gelombang besar di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur dalam beberapa hari belakangan.
Wilayah perairan yang kurang bersahabat itu menyebabkan para nelayan setempat tidak melaut yang kemudian memicu kenaikan harga ikan di pasaran karena stoknya mulai menipis, demikian hasil pantauan Antara di sejumlah pasar ikan di Kupang, Jumat.
Ikan cumi, misalnya, yang sebelumnya hanya dijual dengan harga Rp50.000/kg, kini menjulang sampai Rp65.000/kg. Kakap putih yang sebelumnya hanya Rp40.000/ekor, kini melonjak sampai Rp60.000/ekor.
Sementara, ikan kakap merah sudah merangkak naik sampai Rp70.000/ekor dari sebelumnya sekitar Rp50.000/ekor, Cakalang sudah mencapai Rp75.000/ekor dari sebelumnya hanya Rp50.000/ekor, sedang Tuna menembus angka Rp85.000/ekor dari Rp50.000/ekor.
"Kami bingung dengan kenaikan harga ikan tersebut, karena pendapatan kami akan turun. Animo masyarakat untuk membeli ikan pasti akan turun jika harga ikan sudah gila-gilaan seperti ini," kata Talis Suherman, seorang pedagang ikan di Pelabuhan Ikan Oeba.
Ia mengatakan, dirinya mendapatkan ikan dari transaksi pelelangan dengan jumlah yang relatif terbatas, karena nelayan yang melaut hanya bagi mereka yang memiliki kapal Pursen berkapasitas 32 GT.
Berto, salah seorang pedagang ikan lainnya mengatakan selama ini hanya menerima beberapa jenis ikan saja karena hasil tangkapan nelayan sangat terbatas akibat cuaca buruk saat ini.
Di beberapa tempat penjualan ikan segar seperti di pantai Kelapa Lima, sebagian besar lapak penjual ikan kosong, karena pasokan ikan dari nelayan sudah mulai menipis.
"Sudah hampir dua minggu terakhir, banyak nelayan yang tidak melaut karena gelombang tinggi," ujar Selus, seorang pedagang ikan di Pantai Pasir Panjang.
Ia mengatakan ada sejumlah nelayan yang nekat melaut di tengah gelombang dan angin kencang, namun hasil yang didapat pun sedikit tidak seperti keadaan normal.
Ia mengakui bahwa saat ini niat masyarakat untuk membeli ikan sudah mulai menurun, karena harga ikan di pasaran saat ini sudah "meroket" sehingga membuat mereka berpikir ganda untuk membelinya.
"Jika dalam keadaan normal, sampai bisa meraih keuntungan dari menjual ikan sampai Rp250.000/hari, namun sekarang untuk mencari keuntungan sampai Rp100.000 pun sudah sangat sulit," ujarnya.
(KR-HMB)
Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015
Tags: