Solo (ANTARA News) - Warga Kota Solo, Jateng, melakukan aksi damai di Jalan Jenderal Sudirman atau depan Balaikota Surakarta, Selasa, guna menyatakan keprihatinan terhadap kondisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang merasa kalah.

Salah satu warga Sumber Laweyan Solo, Mulyanto, dalam aksinya melakukan teatrikal menutup mulutnya dengan plaster, dan juga mengenakan jubah warna hitam yang menggambarkan seorang hakim pengadilan yang diam tanpa bisa berbicara.

Selain itu, Mulyanto yang mengaku mendukung adanya KPK tersebut juga membawa poster bertulisan "PIS KPK", artinya kematian bagi penegak hukum Komisi Pemberantasan Korupsi di negara ini.

"Ini merupakan preseden buruk bagi penegak hukum seperti KPK. Jika KPK merasa kalah, bagaimana bisa menangani kasus korupsi di negara ini," kata Mulyanto.

Koordinator aksi damai, Mayor Haristanto, mengatakan aksi damai tersebut karena prihatin terhadap kondisi KPK yang merasa kalah dalam penanganan korupsi.

"Kami merasa sedih KPK sepertinya melempar handuk menyatakan menyerah," kata Mayor Haristanto.

Menurut dia, dengan berita pernyataan KPK kalah tersebut sangat memprihatinkan bagi masyarakat yang mendambakan Bangsa Indonesia terbebas dari korupsi.

Warga berhadap KPK kembali bangkit untuk melawan para koruptor dan mereka tidak boleh kalah melawan para koruptor.

"KPK itu tidak boleh kalah melawan koruptor. Mereka harus bangkit bersatu dengan Polri untuk memberantas korupsi," katanya.

Menurut dia, pihaknya melakukan teatrikal dengan mengenakan pakaian jubah hitam seorang pengadil dan mulutnya ditutup dengan plester. Artinya, seorang pengadil seperti KPK sudah sangat memprihatinkan dan mereka tidak bisa bicara untuk mengungkap kasus-kasus korupsi di Indonesia.

Warga yang melakukan aksi damai dan puas dengan teatrikal tersebut kemudian membubarkan diri dengan tertib.