Sydney (ANTARA News) - Pemerintah Australia akan mengirim 300 tentara tambahan ke Irak untuk membantu melatih tentara setempat yang sedang memerangi kelompok Negara Islam (Islamic State/IS), kata Perdana Menteri Tony Abbot, Selasa, menyusul permintaan Amerika Serikat untuk berkolaborasi dengan koalisi internasional.

Menurut Abbot, pasukan Australia itu akan bergabung dengan sekitar 140 anggota Pasukan Pertahanan Selandia Baru dan bermarkas di Taji, barat laut Baghdad.

"Saya ingin menekankan bahwa kami telah mempertimbangkan keputusan ini secara matang. Sebenarnya, adalah Irak yang harus menaklukkan kelompok Negara Islam, tapi kami tidak ingin membiarkan mereka sendirian," kata Abbot di Canberra.

"Sebagai masyarakat yang cinta damai sebenarnya kita enggan untuk mencampuri konflik yang jauh dari kita, tapi seperti yang kita tahu, konflik ini juga telah mempengaruhi kita dalam beberapa bulan sekarang," katanya seperti dilansir kantor berita AFP.

"Saya tegaskan, kelompok militan itu telah mencapai negeri kita karena sekitar 100 warga Australia ikut bergabung dengan ISIS dan kelompok teroris lainnya di Suriah dan Irak," kata Abbot.

"Sekitar 150 lainnya di dalam negeri mendukung gerakan militan tersebut, jadi keputusan ini tidak hanya masalah domestik Australia, tapi juga masalah keamanan internasional," katanya.

Sebanyak 170 tentara khusus Australia sebelumnya sudah lebih dulu berada di Irak untuk membantu melatih pasukan setempat.

Pasukan Autralia dan Selandia Baru ditempatkan di markas militer di Taji, utara Baghdad sejak Mei 2014 lalu.

Sejak Agustus 2014, militer Amerika Serikat bersama Australia telah melakukan serangkaian serangan udara ke kantong-kantong perlawanan kelompok Negara Islam atau yang sebelumnya disebut Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Irak dan Suriah.

Tapi dukungan Australia hanya terbatas dalam bentuk dukungan pelatihan, konsultan dan pengintaian. (Uu.A032)