Pengawas PBB sangat khawatirkan program nuklir Korut
2 Maret 2015 23:49 WIB
Simulasi peluncuran rudal taktis oleh Pasukan Strategis Tentara Rakyat Korea (KPA) terlihat saat kunjungan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di garis depan sektor barat dalam foto tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Korea Utara KCNA di Pyongyang, Korea Utara, Kamis (10/7). (ANTARA FOTO/REUTERS/KCNA)
Wina (ANTARA News) - Kepala badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, Senin, mengatakan sangat khawatir dengan program nuklir Korea Utara, yang belum pernah diperiksa masyarakat antarbangsa sejak 2009.
"Saya tetap prihatin dengan program nuklir Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)," kata Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional, Yukiya Amano, lapor AFP.
"Ini hampir enam tahun sejak inspektur organisasi ini diminta untuk meninggalkan DPRK," katanya dalam sambutannya kepada dewan gubernur IAEA di Wina.
"Saya menyerukan kepada DPRK untuk sepenuhnya mematuhi kewajibannya berdasarkan resolusi Dewan Keamanan yang relevan," kata Amano. Ia menyampaikan hal itu sehari setelah Pyongyang menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut dan bersumpah melakukan balas dendam "tanpa ampun" pada putaran terakhir latihan militer bersama Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Pyongyang diyakini memiliki persediaan hingga 16 senjata nuklir baik yang menggunakan plutonium atau uranium.
Program senjata itu telah memicu ketegangan yang berujung dengan jatuhnya sanksi dari Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa Bangsa terhadap Korea Utara, yang telah melakukan uji coba nuklir pada tahun 2006, 2009 dan 2013.
Pyongyang juga secara rutin meluncurkan uji coba rudal yang memicu kecaman internasional.
Peneliti Amerika Serikat memperingatkan pekan lalu bahwa rezim Korea Utara tampaknya akan melakukan perluasan program nuklirnya, dan dalam skenario terburuk bisa memiliki 100 senjata atom pada 2020.
(Uu.G003/B002)
"Saya tetap prihatin dengan program nuklir Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)," kata Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional, Yukiya Amano, lapor AFP.
"Ini hampir enam tahun sejak inspektur organisasi ini diminta untuk meninggalkan DPRK," katanya dalam sambutannya kepada dewan gubernur IAEA di Wina.
"Saya menyerukan kepada DPRK untuk sepenuhnya mematuhi kewajibannya berdasarkan resolusi Dewan Keamanan yang relevan," kata Amano. Ia menyampaikan hal itu sehari setelah Pyongyang menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut dan bersumpah melakukan balas dendam "tanpa ampun" pada putaran terakhir latihan militer bersama Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Pyongyang diyakini memiliki persediaan hingga 16 senjata nuklir baik yang menggunakan plutonium atau uranium.
Program senjata itu telah memicu ketegangan yang berujung dengan jatuhnya sanksi dari Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa Bangsa terhadap Korea Utara, yang telah melakukan uji coba nuklir pada tahun 2006, 2009 dan 2013.
Pyongyang juga secara rutin meluncurkan uji coba rudal yang memicu kecaman internasional.
Peneliti Amerika Serikat memperingatkan pekan lalu bahwa rezim Korea Utara tampaknya akan melakukan perluasan program nuklirnya, dan dalam skenario terburuk bisa memiliki 100 senjata atom pada 2020.
(Uu.G003/B002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: