BPPT mulai operasi modifikasi cuaca di Riau
2 Maret 2015 13:56 WIB
Riau Siaga Darurat Kebakaran Kebakaran besar terjadi di kawasan hutan di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, Sabtu (28/2). Pemerintah menetapkan status siaga darurat dengan pertimbangan potensi kebakaran lahan dan hutan di Riau sangat tinggi hingga bulan April 2015 karena faktor kemarau yang tidak normal dan masih adanya pembukaan lahan dengan membakar. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA News) - Pesawat Cassa 212 milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memulai operasi modifikasi cuaca dengan menebar garam untuk memicu pembentukan hujan di Provinsi Riau guna menanggulangi kebakaran lahan dan hutan.
"Pesawat Cassa ini mampu menampung hingga 1,2 ton garam dalam sekali terbang," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT, F. Heru Widodo, kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Menurut dia pesawat Cassa BPPT tiba di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Senin siang dan langsung melakukan operasi modifikasi cuaca.
"Rute pesawat akan diarahkan ke daerah kebakaran, khususnya yang terdapat awan yang potensial menghasilkan hujan," katanya.
Ia mengatakan BPPT berencana melakukan operasi modifikasi cuaca menggunakan pesawat Cassa 212 dan pesawat CN 295 milik TNI.
Menruut dia BPPT sudah mengirimkan surat permohonan peminjaman pesawat ke Panglima TNI pekan lalu.
"Tinggal menunggu balasan tidak lama lagi. Apalagi Pemprov Riau sudah menetapkan status Siaga Darurat Kebakaran," ujarnya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Sugarin, mengatakan hasil pencitraan satelit yang terbarui pada 2 Maret pukul 07.00 WIB menunjukan 29 titik panas di Riau.
Titik panas paling banyak ada di Kabupaten Pelalawan dengan 11 titik, diikuti Kabupaten Bengkalis dengan sembilan titik, Kepulauan Meranti dan Rokan Hulu masing-masing tiga titik, Kota Dumai dua titik dan Siak satu titik.
"Sejauh ini alat Indeks Standar Pencemar Udara masih menunjukan kualitas udara dalam kondisi baik," katanya.
Pelaksana Tugas Gubernur Riau sebelumnya mengatakan operasi modifikasi cuaca untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di Riau akan dilakukan selama 30 hari pada Maret 2015.
Untuk kebutuhan garam dalam proses modifikasi cuaca, ia mengatakan, saat ini masih tersedia 25 ton garam di Posko Siaga Darurat Kebakaran di Lanud Roesmin Nurjadin yang merupakan sisa dari operasi darurat asap tahun 2014.
Pemerintah Daerah, menurut dia, juga akan menambah 43 ton garam untuk menunjang operasi tersebut.
"Jadi total garam akan sebanyak 68 ton, saya rasa cukup untuk satu bulan," ujar pria yang akrab disapa Andi Rachman itu.
Dalam operasi hujan buatan, Pemerintah Provinsi Riau mendapat bantuan dari BPPT dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang menyiapkan dana sekitar Rp16 miliar dari total Rp25 miliar anggaran penanggulangan kebakaran yang tersedia untuk keperluan itu.
"Pesawat Cassa ini mampu menampung hingga 1,2 ton garam dalam sekali terbang," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT, F. Heru Widodo, kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Menurut dia pesawat Cassa BPPT tiba di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Senin siang dan langsung melakukan operasi modifikasi cuaca.
"Rute pesawat akan diarahkan ke daerah kebakaran, khususnya yang terdapat awan yang potensial menghasilkan hujan," katanya.
Ia mengatakan BPPT berencana melakukan operasi modifikasi cuaca menggunakan pesawat Cassa 212 dan pesawat CN 295 milik TNI.
Menruut dia BPPT sudah mengirimkan surat permohonan peminjaman pesawat ke Panglima TNI pekan lalu.
"Tinggal menunggu balasan tidak lama lagi. Apalagi Pemprov Riau sudah menetapkan status Siaga Darurat Kebakaran," ujarnya.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru, Sugarin, mengatakan hasil pencitraan satelit yang terbarui pada 2 Maret pukul 07.00 WIB menunjukan 29 titik panas di Riau.
Titik panas paling banyak ada di Kabupaten Pelalawan dengan 11 titik, diikuti Kabupaten Bengkalis dengan sembilan titik, Kepulauan Meranti dan Rokan Hulu masing-masing tiga titik, Kota Dumai dua titik dan Siak satu titik.
"Sejauh ini alat Indeks Standar Pencemar Udara masih menunjukan kualitas udara dalam kondisi baik," katanya.
Pelaksana Tugas Gubernur Riau sebelumnya mengatakan operasi modifikasi cuaca untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan di Riau akan dilakukan selama 30 hari pada Maret 2015.
Untuk kebutuhan garam dalam proses modifikasi cuaca, ia mengatakan, saat ini masih tersedia 25 ton garam di Posko Siaga Darurat Kebakaran di Lanud Roesmin Nurjadin yang merupakan sisa dari operasi darurat asap tahun 2014.
Pemerintah Daerah, menurut dia, juga akan menambah 43 ton garam untuk menunjang operasi tersebut.
"Jadi total garam akan sebanyak 68 ton, saya rasa cukup untuk satu bulan," ujar pria yang akrab disapa Andi Rachman itu.
Dalam operasi hujan buatan, Pemerintah Provinsi Riau mendapat bantuan dari BPPT dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang menyiapkan dana sekitar Rp16 miliar dari total Rp25 miliar anggaran penanggulangan kebakaran yang tersedia untuk keperluan itu.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: