Bontang (ANTARA News) - Duta kanker serviks, Ira Wibowo, berbagi kiat soal pencegahan salah satu penyakit mematikan tersebut kepada ratusan peserta seminar kesehatan di Kota Bontang, Kalimantan Timur, Minggu.

Ira Wibowo menjadi salah satu pembicara pada seminar bertema "Lindungi Diri dan Keluarga dari Penyakit Kanker Serviks" yang diselenggarakan Persatuan Istri Karyawan Pupuk Kaltim (PIKA PKT).

Menurut ia, ada beberapa kiat yang bisa dilakukan kaum perempuan untuk mencegah penyakit kanker, salah satunya dengan deteksi dini melalui tes kesehatan.

"Pencegahan harus dilakukan sedini mungkin dan tes medis itu harus dilakukan setahun sekali, sejak pertama kali melakukan hubungan seksual. Cara kedua adalah dengan vaksinasi yang dilakukan sejak umur sembilan sampai 27 tahun," ujarnya.

Ira Wibowo yang kini aktif di Yayasan Kanker Indonesia itu, mengatakan meningkatnya jumlah penderita kanker serviks disebabkan masih banyaknya kaum perempuan yang tidak mengetahui penyakit tersebut, terutama upaya pencegahannya.

Kanker serviks atau kanker mulut rahim, lanjut Ira, merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditakuti kaum perempuan dan menyerang alat reproduksi.

"Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat setiap tahun ribuan perempuan meninggal dunia akibat penyakit yang menempati peringkat pertama penyebab kematian itu," tambahnya.

Ia menjelaskan penyebab munculnya penyakit ini adalah "Human Papilloma Virus" (HPV), sedangkan penyebab banyak kematian pada kaum perempuan adalah virus HPV tipe 16 dan 18.

Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tetapi juga melalui sentuhan kulit.

"Selain itu, penggunaan toilet (WC) umum yang kondisinya kurang bersih dan sudah terkena virus HPV, dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya. Kebiasaan hidup yang kurang baik juga bisa menjadi penyebab, seperti merokok, kurangnya asupan vitamin dan asam folat," paparnya.

Kebiasaan buruk lain yang dapat menyebabkan kanker serviks, lanjut Ira Wibowo, adalah sering berganti-ganti pasangan dalam hubungan intim dan juga melakukan hubungan intim pada usia dini.

Seminar sehari itu itu juga menghadirkan dua narasumber dari Rumah Sakit Pupuk Kaltim, yakni dr Putu Wijaya SpOG dan dr Dina Lailani.