Menteri Ferry minta jangan eksploitasi Aceh karena batu giok
28 Februari 2015 13:47 WIB
Batu Giok Aceh Pekerja membelah dan memotong batu alam yang diprediksi jenis Giok Nephrite di Desa Bayu, Kecamatan Darul Imarah, Kab. Aceh Besar, Aceh, Jumat (23/1). Batu giok Aceh (Aceh Nephrite Jade) yang dijual ratusan ribu hingga jutaan rupiah per batu, memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan Nephrite Jade asal Tiongkok. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra ()
Banda Aceh (ANTARA News) - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Ferry Mursyidan Baldan mengingatkan kepada masyarakat Aceh agar tak mengeksploitasi secara berlebihan lahan di Aceh, khususnya dalam penemuan Batu Giok, di Kabupaten Nagan Raya, Aceh.
"Kita tak bleh merusak atau mengeksloitasi secara berlebihan. Kewajiban kita, kita tidak boleh menghabiskan potensi yang ada atas tanah bagi generasi ke depannya," katanya ketika Kuliah Umum dengan tema Desentralisasi Kewenangan di bidang Pertanahan dalam Kaitan Otonomi Khusus Aceh, di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Sabtu.
Penemuan Batu Giok sebanyak 20 ton itu menegaskan kehadiran negara dalam hal pertanahan, dengan mengamankan bongkahan Batu Giok itu di rumah dinas Ketua DPRK.
Pemerintah Aceh diharapkan memberikan penghargaan bagi penemu bongkahan Batu Giok, sementara masyarakat yang berada di sekitar penemuan Batu Giok harus mendapatkan penghargaan.
"Ini dilakukan agar tak ada konflik yang terjadi antara warga dengan pemerintah daerah," kata Ferry.
Pascapenemuan batu giok itu, kata dia, Pemerintah Aceh bisa mendeteksi dengan perangkat teknologi canggih melihat kandungan tanah yang berada di bawahnya.
"Kalau sudah dideteksi daerah mana yang menghasilkan kandungan jenis batu yang lain, maka pemerintah Aceh patut menjelaskan kepada masyarakat dan melakukan pengaturan-pengaturan. Sehingga tidak semua orang berspekulasi untuk melakukan eksploitasi secara besar-besaran dan sembarangan," ujarnya.
"Pascatsunami, kandungan yang ada di bawah tanah Aceh luar biasa, yakni emas, uranium dan berbagai jenis batu. Pemerintah Aceh harus bisa mengontrol dengan baik dalam pengelolaan dan penggunaan lahan di Aceh," ujarnya.
"Kita tak bleh merusak atau mengeksloitasi secara berlebihan. Kewajiban kita, kita tidak boleh menghabiskan potensi yang ada atas tanah bagi generasi ke depannya," katanya ketika Kuliah Umum dengan tema Desentralisasi Kewenangan di bidang Pertanahan dalam Kaitan Otonomi Khusus Aceh, di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Sabtu.
Penemuan Batu Giok sebanyak 20 ton itu menegaskan kehadiran negara dalam hal pertanahan, dengan mengamankan bongkahan Batu Giok itu di rumah dinas Ketua DPRK.
Pemerintah Aceh diharapkan memberikan penghargaan bagi penemu bongkahan Batu Giok, sementara masyarakat yang berada di sekitar penemuan Batu Giok harus mendapatkan penghargaan.
"Ini dilakukan agar tak ada konflik yang terjadi antara warga dengan pemerintah daerah," kata Ferry.
Pascapenemuan batu giok itu, kata dia, Pemerintah Aceh bisa mendeteksi dengan perangkat teknologi canggih melihat kandungan tanah yang berada di bawahnya.
"Kalau sudah dideteksi daerah mana yang menghasilkan kandungan jenis batu yang lain, maka pemerintah Aceh patut menjelaskan kepada masyarakat dan melakukan pengaturan-pengaturan. Sehingga tidak semua orang berspekulasi untuk melakukan eksploitasi secara besar-besaran dan sembarangan," ujarnya.
"Pascatsunami, kandungan yang ada di bawah tanah Aceh luar biasa, yakni emas, uranium dan berbagai jenis batu. Pemerintah Aceh harus bisa mengontrol dengan baik dalam pengelolaan dan penggunaan lahan di Aceh," ujarnya.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: