Jakarta (ANTARA News) - Sebuah studi dari Sax Institute' 45 menunjukkan, dua dari tiga perokok berisiko meninggal 10 tahun lebih cepat jika masih saja meneruskan kebiasaan merokoknya itu.
Studi yang dipublikasikan dalam Jurnal BMC Medicine itu merupakan bukti pertama yang memperlihatkan hubungan antara merokok dan risiko kematian tinggi, yakni dua per tiga.
"Kita tahu merokok tidak baik tetapi kami saat ini memiliki bukti langsung yang mengkonfirmasinya," kata penulis studi yang juga merupakan direktur dari Sax Institute's 45 and Up Study, Profesor Emily Banks.
Dia mengatakan, perokok berisiko tiga kali mengalami kematian dini dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok.
"Temuan ini merupakan pengingat yang penting kalau peran melawan tembakau belum selesai dan usaha mengontrol tembakau harus tetap dilakukan," ungkap Banks.
Dahulu, para ahli kesehatan memperkirakan 50 persen perokok akan meninggal karena sakit. Namun saat ini, studi terbaru di Inggris memperlihatkan risiko ini meningkat menjadi 67 persen.
Di samping itu, studi yang dilakukan bekerjasama dengan salah satu yayasan kesehatan di Australia itu juga menemukan, dibandingkan mereka yang bukan perokok, perokok yang menghabiskan 10 batang rokok per hari dua kali lebih tinggi menghadapi kematian.
Risiko ini meningkat menjadi empat hingga lima kali jika mereka menghabiskan satu bungkus rokok per harinya.
Hasil ini merupakan hasil analisis kesehatan yang dilakukan selama empat tahun dan melibatkan 200 ribu orang laki-laki dan perempuan, demikian seperti dilansir eurekalert.org.
Dua dari tiga perokok beresiko meninggal 10 tahun lebih cepat
28 Februari 2015 12:45 WIB
Orang sedang menikmati hisapan rokok (FOTO ANTARA/M Agung Rajasa)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015
Tags: