Bojonegoro pasar gelap fosil binatang purba
27 Februari 2015 19:12 WIB
Dokumentasi pengunjung mengamati fosil purbakala koleksi Museum Trinil, di rumah seorang warga Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur, Rabu (14/1). Ratusan koleksi fosil manusia, hewan dan tumbuhan purba koleksi Museum Trinil, sejak November 2012 terpaksa dipindahkan ke rumah seorang warga di wilayah tersebut dengan pengamanan minim karena bangunan Museum Trinil sedang direnovasi. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Bojonegoro, Jawa Timur (ANTARA News) - Ketua Komunitas Banyungawan Bojanegara Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Nunung Dianawati, mengungkapkan, banyak kawasan di kabupaten itu menjadi pasar gelap transaksi jual-beli fosil binatang purba.
"Pasar gelap jual-beli fosil purba di Bojonegoro sudah berlangsung lama, sejak beberapa tahun lalu, sebab di daerah kami banyak ditemukan fosil binatang purba," katanya, di Bojonegoro, Jumat.
Dia menjelaskan lokasi yang biasa menjadi pasar gelap fosil purba di antaranya, di Prangi, Kecamatan Padangan, yang dulunya merupakan bekas daerah alirasn sungai Sungai Bengawan Solo purba.
Selain itu, lanjut dia, juga di Ndayakan, Kecamatan Kalitidu, yang juga biasa menjadi ajang jual-beli fosil binatang purba.
"Para pemburu fosil binatang purba mulai masyarakat biasa, sampai staf kantor kecamatan, bahkan penjualannya tidak hanya lokal, tapi juga sampai luar negeri," katanya, menegaskan.
Harga fosil purba yang menjadi buruan pembeli yaitu fosil binatang darat, sampai binatang laut.
"Harga tertinggi fosil yaitu gading gajah purba berkisar Rp25 juta, tapi kalau fosil binatang purba berupa fragmen harganya berkisar Rp100.000 sampai Rp2 juta/fragmen," tuturnya.
Ia kemudian menyebutkan sejumlah warga di daerahnya yang menyimpan banyak fosil binatang purba tidak hanya darat, tapi juga fosil binatang laut.
Tidak hanya itu, lanjutnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro juga memperoleh tiga kepala gajah purba dari seorang warga di Kecamatan Kalitidu, dengan memberikan ganti rugi Rp2 juta.
"Tapi mereka yang menyimpan itu, selain memperoleh sendiri dengan cara mencari juga membeli dari masyarakat," tandasnya.
Seorang warga Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Ali Syafaat, yang dimintai konfirmasi, mengaku memiliki sekitar 100 fragmen fosil binatang purba, mulai binatang darat sampai laut.
"Saya memperoleh dari masyarakat sejak beberapa tahun lalu. Ya pemiliknya saya beri uang sebagai tanda terimakasih," ucapnya.
Ia membenarkan di daerahnya menjadi pasar gelap jual beli fosil binatang purba sejak lama.
"Biasanya pemburu fosil binatang purba yang dijual keluar negeri warga dari Sangiran, Sragen, Jawa Tengah," tandasnya.
"Pasar gelap jual-beli fosil purba di Bojonegoro sudah berlangsung lama, sejak beberapa tahun lalu, sebab di daerah kami banyak ditemukan fosil binatang purba," katanya, di Bojonegoro, Jumat.
Dia menjelaskan lokasi yang biasa menjadi pasar gelap fosil purba di antaranya, di Prangi, Kecamatan Padangan, yang dulunya merupakan bekas daerah alirasn sungai Sungai Bengawan Solo purba.
Selain itu, lanjut dia, juga di Ndayakan, Kecamatan Kalitidu, yang juga biasa menjadi ajang jual-beli fosil binatang purba.
"Para pemburu fosil binatang purba mulai masyarakat biasa, sampai staf kantor kecamatan, bahkan penjualannya tidak hanya lokal, tapi juga sampai luar negeri," katanya, menegaskan.
Harga fosil purba yang menjadi buruan pembeli yaitu fosil binatang darat, sampai binatang laut.
"Harga tertinggi fosil yaitu gading gajah purba berkisar Rp25 juta, tapi kalau fosil binatang purba berupa fragmen harganya berkisar Rp100.000 sampai Rp2 juta/fragmen," tuturnya.
Ia kemudian menyebutkan sejumlah warga di daerahnya yang menyimpan banyak fosil binatang purba tidak hanya darat, tapi juga fosil binatang laut.
Tidak hanya itu, lanjutnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro juga memperoleh tiga kepala gajah purba dari seorang warga di Kecamatan Kalitidu, dengan memberikan ganti rugi Rp2 juta.
"Tapi mereka yang menyimpan itu, selain memperoleh sendiri dengan cara mencari juga membeli dari masyarakat," tandasnya.
Seorang warga Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Ali Syafaat, yang dimintai konfirmasi, mengaku memiliki sekitar 100 fragmen fosil binatang purba, mulai binatang darat sampai laut.
"Saya memperoleh dari masyarakat sejak beberapa tahun lalu. Ya pemiliknya saya beri uang sebagai tanda terimakasih," ucapnya.
Ia membenarkan di daerahnya menjadi pasar gelap jual beli fosil binatang purba sejak lama.
"Biasanya pemburu fosil binatang purba yang dijual keluar negeri warga dari Sangiran, Sragen, Jawa Tengah," tandasnya.
Pewarta: Slamet Sudarmojo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: