Tunisia-Italia tolak campur tangan militer di Libya
26 Februari 2015 12:27 WIB
Anggota pasukan pro pemerintah Libya, didukung warga lokal, memeluk senapan sambil melihat melalui lubang di dinding, saat terhadi pertempuran dengan Dewan Shura Revolusioner Libya di Benghazi, Rabu (21/1). (REUTERS/Esam Omran Al-Fetori)
Tunis (ANTARA News) - Tunisia dan Italia pada Rabu (24/2) menegaskan bahwa konflik di Libya hanya dapat diselesaikan melalui dialog dan rekonsiliasi, dan menyampaikan penolakan bagi campur tangan militer di negara Afrika Utara tersebut.
Penolakan itu disampaikan selama pertemuan Menteri Luar Negeri Tunisia Taieb Baccouche dengan timpalannya dari Italia Paolo Gentiloni, yang saat ini sedang berkunjung ke Tunisia.
"Kami tak bisa menerima pemecahan Libya," kata diplomat senior Italia tersebut dalam taklimat setelah pertemuannya, sebagaimana dilaporkan Xinhua.
"Italia terikat komitmen untuk menghormati keputusan PBB dan bekerja sama dengan semua negara Barat demi kepentingan Libya, sehingga semua upaya mengarah kepada penyelesaian damai," katanya menambahkan.
Kedua menteri itu sepakat bahwa campur tangan militer bukan penyelesaian bagi krisis di negara Afrika Utara tersebut.
Sementara itu, menteri luar negeri Tunisia mengatakan konflik yang berkecamuk di Libya dan tak-adanya negara memungkinkan penyebaran aksi teror.
Sebelumnya Parlemen Kongres Nasional Umum (GNC), yang didukung kubu Islam di Libya, menyatakan pembicaraan yang diperantarai PBB dengan parlemen saingannya telah dibekukan tanpa batas waktu, kata seorang wakil GNC dalam pembicaraan perdamaian tersebut.
(Uu.C003)
Penolakan itu disampaikan selama pertemuan Menteri Luar Negeri Tunisia Taieb Baccouche dengan timpalannya dari Italia Paolo Gentiloni, yang saat ini sedang berkunjung ke Tunisia.
"Kami tak bisa menerima pemecahan Libya," kata diplomat senior Italia tersebut dalam taklimat setelah pertemuannya, sebagaimana dilaporkan Xinhua.
"Italia terikat komitmen untuk menghormati keputusan PBB dan bekerja sama dengan semua negara Barat demi kepentingan Libya, sehingga semua upaya mengarah kepada penyelesaian damai," katanya menambahkan.
Kedua menteri itu sepakat bahwa campur tangan militer bukan penyelesaian bagi krisis di negara Afrika Utara tersebut.
Sementara itu, menteri luar negeri Tunisia mengatakan konflik yang berkecamuk di Libya dan tak-adanya negara memungkinkan penyebaran aksi teror.
Sebelumnya Parlemen Kongres Nasional Umum (GNC), yang didukung kubu Islam di Libya, menyatakan pembicaraan yang diperantarai PBB dengan parlemen saingannya telah dibekukan tanpa batas waktu, kata seorang wakil GNC dalam pembicaraan perdamaian tersebut.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015
Tags: