Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat sebesar 95 poin menjadi Rp12.827 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.922 per dolar AS.

"Pernyataan Gubernur the Fed Janet Yellen mengenai suku bunga (fed fund rate) yang belum dinaikan dalam waktu dekat, kembali mendorong pelaku pasar masuk ke aset berkembang," ujar Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta.

Ia menambahkan bahwa indikasi dari the Fed itu membuat aset mata uang berisiko seperti rupiah kembali menguat terhadap dolar AS setelah sebelumnya tertekan hingga menembus level Rp12.900 per dolar AS.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen positif juga datang dari adanya kesepakatan dana talangan utang Yunani oleh menteri keuangan Eropa setelah Yunani mereformasi kebijakan ekonomi dan fiskalnya sehingga meredam kekhawatiran investor.

Dari dalam negeri, lanjut dia, sentimennya juga masih cukup positif untuk menopang mata uang rupiah, pelaku pasar uang menilai bahwa pemerintah cukup antuasias dalam menjaga pertumbuhan perekonomian agar mencapai target.

"Orientasi pelaku pasar mayoritas berjangka panjang, ekspektasi yang positif terhadap perekonomian domestik itu akan menahan sentimen penguatan dolar AS jika fed fund rate akan dinaikan," katanya.

Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa menjelang pengumuman data ekonomi domestik pada awal pekan depan (Senin, 2/3) yang sedianya dipublikasikan oleh badan pusat statistik (BPS) masih akan positif.

"Inflasi Februari diperkirakan masih stabil, dan neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus meski tipis," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.887 dibandingkan hari sebelumnya, Selasa (24/2) di posisi Rp12.866 per dolar AS.