Kementerian ESDM bantah kelangkaan elpiji 3 kg
25 Februari 2015 13:56 WIB
Pekerja menata tabung gas untuk pengisian gas elpiji di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji, Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VII, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (6/2). (ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang)
Jakarta (ANTARA News) - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja membantah terjadi kelangkaan gas elpiji bersubsidi tiga kilogram di sejumlah daerah sejak awal Februari.
"Di Binjai (Sumatera Utara) kemarin ada laporan kelangkaan kecil, ternyata tidak ada kelangkaan. Dari data di lapangan, ada yang menyembunyikan dulu karena dikira harga akan naik," kata Wirat di Jakarta, Rabu.
Wirat mengaku kaget dan bingung saat mendengar laporan sejumlah konsumen di wilayah Depok, Jawa Barat, kesulitan mendapatkan elpiji tiga kilogram.
Pasalnya, pihaknya memantau sudah tidak ada lagi kelangkaan gas.
Ia menuturkan, tidak ada kenaikan harga elpiji kemasan tiga kilogram. Ia juga memastikan rantai distribusi elpiji bersubsidi itu tidak mengalami masalah yang diklaim jadi penyebab kelangkaan.
Wirat meminta masyarakat untuk menyampaikan laporan terkait kelangkaan elpiji atau bahan bakar minyak yang terjadi.
Tujuannya adalah agar satuan tugas dapat segera merespons dan mengatasi keluhan masyarakat atas pelayanan minyak dan gas bumi.
"Saya sudah buat task force quick respond untuk mengatasi kelangkaan elpiji dan BBM, yang terkait pelayanan masyarakat. Kalau ada, tolong saya di-SMS supaya dengan tim bisa jawab. Terutama supaya di lapangan ada aksi. Jangan sampai ibu-ibu enggak bisa masak, Ditjen Migas didemo ibu-ibu," ujarnya.
Sebelumnya, dilaporkan terjadi kelangkaan elpiji tiga kilogram di sejumlah daerah di Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan (Banjarmasin). Akibatnya, harga tabung gas bersubsidi kemasan tiga kilogram naik menjadi sekitar Rp20.000-Rp21.000 per tabung, dari harga eceran tertinggi yang rata-rata berada di kisaran belasan ribu rupiah di seluruh Indonesia.
"Di Binjai (Sumatera Utara) kemarin ada laporan kelangkaan kecil, ternyata tidak ada kelangkaan. Dari data di lapangan, ada yang menyembunyikan dulu karena dikira harga akan naik," kata Wirat di Jakarta, Rabu.
Wirat mengaku kaget dan bingung saat mendengar laporan sejumlah konsumen di wilayah Depok, Jawa Barat, kesulitan mendapatkan elpiji tiga kilogram.
Pasalnya, pihaknya memantau sudah tidak ada lagi kelangkaan gas.
Ia menuturkan, tidak ada kenaikan harga elpiji kemasan tiga kilogram. Ia juga memastikan rantai distribusi elpiji bersubsidi itu tidak mengalami masalah yang diklaim jadi penyebab kelangkaan.
Wirat meminta masyarakat untuk menyampaikan laporan terkait kelangkaan elpiji atau bahan bakar minyak yang terjadi.
Tujuannya adalah agar satuan tugas dapat segera merespons dan mengatasi keluhan masyarakat atas pelayanan minyak dan gas bumi.
"Saya sudah buat task force quick respond untuk mengatasi kelangkaan elpiji dan BBM, yang terkait pelayanan masyarakat. Kalau ada, tolong saya di-SMS supaya dengan tim bisa jawab. Terutama supaya di lapangan ada aksi. Jangan sampai ibu-ibu enggak bisa masak, Ditjen Migas didemo ibu-ibu," ujarnya.
Sebelumnya, dilaporkan terjadi kelangkaan elpiji tiga kilogram di sejumlah daerah di Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan (Banjarmasin). Akibatnya, harga tabung gas bersubsidi kemasan tiga kilogram naik menjadi sekitar Rp20.000-Rp21.000 per tabung, dari harga eceran tertinggi yang rata-rata berada di kisaran belasan ribu rupiah di seluruh Indonesia.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015
Tags: